peran
ganda loyalis Jokowi
Bagi masyarakat Jawa-Solo sudah tidak
heran dengan langkah catur politik Jokowi. Terlebih saat Jokowi menjadi
presiden ketujuh NKRI. Kendati sebagai pimpinan, maka karakter wong Jawa pada
umumnya tidak mau menonjolkan keformalannya sebagai pemimpin, kepala, ketua.
Posisi Jokowi hanya sebatas sebagai
petugas partai pdip, semakin menunjukkan bagaimana, apa dan siapa, tepatnya
kadar ideologi pdip dengan oknum ketua umumnya. Ini keuntungan sampingan Jokowi
yang tidak perlu berkotor tangan membedah isi perut pdip.
Bukan sebagai ketua umum sebuah
partai politik, membuat jarak pandang Jokowi lebih bebas, bisa ke segala arah. Di
pihak lain, kawanan partai yang seolah pendukung Jokowi plus minus JK,
memainkan peran ganda. Mereka ahli di bidang memanipulasi watak.
Pernyataan, ujaran cerdas petinggi
parpol, khususnya yang menguasai media massa, dengan gagah seakan menuding musuh
negara dengan garang. Misi lain malah membuahkan menambah sentimen negatif rakyat
yang mana. Memperjelas dirinya, mempertegas kawanannya sebagai musuh rakyat.
Sejatinya, kawanan parpol pro-pemerintah
tentu ada maunya. Modus mereka dengan sknerio berlapis, mudah dan gamblang terbaca. Modus mereka bukan
menjaring di air keruh, justru secara resmi, formal memperkeruh suasana.
Hebatnya lagi, modus mereka antara
medan juang di pusat dengan palagan di daerah yaitu provinsi dan kabupate/kota,
menunjukkan tergantung selera pasar. Di pusat seolah-olah mereka kompok
pro-pemerintah. Di daerah, pada saat pilkada, karena faktor kepentingan
mendukung pasangan bakal calon yang “paling menguntungkan”, mau tak mau terpaksa
kongkalingkong. Barter politik. Soal mau memajukan daerah, itu jatuh nomer
terakhir. Walau digaungkan liwat kampanye politik.
Menghadapi sisa 2/5 periode 2014-2019,
dimana yang mana 2018 adalah tahun politik. Banyak pihak yang berbeda kepentingan
akan turun gunung. Tanpa sungkan, tanpa malu-malu, tanpa tèdèng aling-aling,
mereka berebut siap bermain watak. Sesuai suhu politiki yang dipandang paling
menguntungkan.
Ironis binti miris, modus loyalis
Jokowi, ke bawah tidak mengakar di hati rakyat, ke atas tergantung skenario,
aturan main, pasal bebas investor politik dari negara paling bersahabat. Itu saja.
Sekian. [HaèN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar