Halaman

Kamis, 05 Oktober 2017

peran ganda loyalis Jokowi



peran ganda loyalis Jokowi

Bagi masyarakat Jawa-Solo sudah tidak heran dengan langkah catur politik Jokowi. Terlebih saat Jokowi menjadi presiden ketujuh NKRI. Kendati sebagai pimpinan, maka karakter wong Jawa pada umumnya tidak mau menonjolkan keformalannya sebagai pemimpin, kepala, ketua.

Posisi Jokowi hanya sebatas sebagai petugas partai pdip, semakin menunjukkan bagaimana, apa dan siapa, tepatnya kadar ideologi pdip dengan oknum ketua umumnya. Ini keuntungan sampingan Jokowi yang tidak perlu berkotor tangan membedah isi perut pdip.

Bukan sebagai ketua umum sebuah partai politik, membuat jarak pandang Jokowi lebih bebas, bisa ke segala arah. Di pihak lain, kawanan partai yang seolah pendukung Jokowi plus minus JK, memainkan peran ganda. Mereka ahli di bidang memanipulasi watak.

Pernyataan, ujaran cerdas petinggi parpol, khususnya yang menguasai media massa, dengan gagah seakan menuding musuh negara dengan garang. Misi lain malah membuahkan menambah sentimen negatif rakyat yang mana. Memperjelas dirinya, mempertegas kawanannya sebagai musuh rakyat.

Sejatinya, kawanan parpol pro-pemerintah tentu ada maunya. Modus mereka dengan sknerio berlapis,  mudah dan gamblang terbaca. Modus mereka bukan menjaring di air keruh, justru secara resmi, formal memperkeruh suasana.

Hebatnya lagi, modus mereka antara medan juang di pusat dengan palagan di daerah yaitu provinsi dan kabupate/kota, menunjukkan tergantung selera pasar. Di pusat seolah-olah mereka kompok pro-pemerintah. Di daerah, pada saat pilkada, karena faktor kepentingan mendukung pasangan bakal calon yang “paling menguntungkan”, mau tak mau terpaksa kongkalingkong. Barter politik. Soal mau memajukan daerah, itu jatuh nomer terakhir. Walau digaungkan liwat kampanye politik.

Menghadapi sisa 2/5 periode 2014-2019, dimana yang mana 2018 adalah tahun politik. Banyak pihak yang berbeda kepentingan akan turun gunung. Tanpa sungkan, tanpa malu-malu, tanpa tèdèng aling-aling, mereka berebut siap bermain watak. Sesuai suhu politiki yang dipandang paling menguntungkan.

Ironis binti miris, modus loyalis Jokowi, ke bawah tidak mengakar di hati rakyat, ke atas tergantung skenario, aturan main, pasal bebas investor politik dari negara paling bersahabat. Itu saja. Sekian. [HaèN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar