Halaman

Jumat, 20 Oktober 2017

politik cinta dunia biang kerok retak bangsa



politik cinta dunia biang kerok retak bangsa

Pernah ada gerutuan tentang keamanan lingkungan tempat tinggal, yaitu “makannya di mana, beraknya di mana”. Berkembang menjadi “makan di dalam, berak di luar” atau sebaliknya. Atau yang senada tapi tak seirama.

Kalau ada kejadian criminal, muncul asas praduga tak bersalah yaitu jangan-jangan pelakunya orang dalam. Minimal orang dalam sebagai informan, yang main orang luar.

Penista agama, bukan orang luar. Malah orang dalam, pejabat pula. Memang, profesi penista agama harus dilakukan oleh ahlinya. Minimal di bawah pengawasan ahlinya. Dibutuhkan jam terbang yang di atas kawanan ahli fitnah dunia.

Tukang komen, dengan modal korporasi media massanya, jelas bukan saingan sang penista agama. Running text yang dimanfaatkan pihak pro-bebas buka mulut, pengganda berita dan gosip nafas setan malah memnujukkan kadar syahwat politiknya. Komen oknum ketua umum parpol loyalis Jokowi, ibarat lelucon yang tak lucu dan tertawa sendiri. Jurus menghiba-hiba dunia.
  
Asas patuh dan loyal yang dibuktikan penguasa, sudah sampai skala mereka tak tahu kakinya menapak di mana. Bangun tidur pun juga tidak tahu apa yang akan dikerjakan hari ini. Yang penting bagimana membuat juragan terkekeh kegirangan sepanjang hari.

Pukul rata daya juang politik 2014-2019 ditentukan oleh kebijakan orang luar.

Orang dalam yang sedang berkuasa, naik daun, hanya tinggal membaca naskah, skenario, rancangan adegan dan aneka rekayasa. Praktiknya, bebas berimprovisasi. Soal dana, biaya, upah jangan tanya-tanya lagi.

Mau mengorbankan rakyat, bukan hal yang tabu. Asal konstitusional. [HaèN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar