ironis
binti miris generasi pribumi, lebih tahu pesohor daripada sejarah bangsa
lomba tebak judul lagu, mulai lagu
klas kampung sampai klas papan atas, diikuti remaja, remaja tanggung atau
dewasa bukan tapi tampang sudah oom-oom dan atau tante-tante. Banyak pesertanya.
Diadakan di kota-kota besar, metro.
Di dunia olahraga, banyak anak muda pria
mengenakan jersey, custom, kaos timnas atau kesebelasan mancanegara. Mirip aslinya,
nomor punggung dan nama pemilik nomor punggung. Mereka tahu nama pencetak gol
terbanyak. Tahu nama kesebelasan dan nama negara asalnya.
Sisanya, tak kurang yang mengidolakan
artis, selebritis, aktor atau anak panggung. Cita-cita menjadi artis, penyanyi,
komedian atau sebutan komersial lainnya. Jika dibukan ajang pencari bakat orang
beken, dengan segala modal keahlian, dipastikan dalam setahun penyelenggaraan
tak akan tuntas.
Beda jika diadakan lomba pengetahuan
tentang sejarah Indonesia. Mulai katakan jelang persiapan memerdekakan diri
dari penjajajah bansa asing dan penjilat bangsa sendiri, memasuki
pra-proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 sampai sekarang. Dipastikan kalau
pesertanya adalah karena terpaksa, ditunjuk atau mewakili daerah.
Jangan salahkan generasi anak bangsa
yang lahir sejak reformasi bergulir dari puncak sukses 21 Mei 1998, mengalami
kontaminasi secara sistematis, konstitusional akibat kondisi peradaban
berbangsa, bernegara dan bermasyarakat.
Menurut runutan, runtututan sejarah di
éra mégatéga 2014-2019, muncul penjajah bangsa sendiri, dari kalangan manusia
ekonomi secara tak langsung dan oleh manusia politik secara langsung,
konstitusional dan periodik lima tahunan.
Generasi muda kebagian peran sebagai
pengjilat penguasa dan sekaligus dikondisikan sebagai penghujat lawan politik
penguasa.[HaèN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar