Halaman

Minggu, 22 Oktober 2017

ironis binti miris generasi pribumi, lebih tahu pesohor daripada sejarah bangsa



ironis binti miris generasi pribumi, lebih tahu pesohor daripada sejarah bangsa

lomba tebak judul lagu, mulai lagu klas kampung sampai klas papan atas, diikuti remaja, remaja tanggung atau dewasa bukan tapi tampang sudah oom-oom dan atau tante-tante. Banyak pesertanya. Diadakan di kota-kota besar, metro.

Di dunia olahraga, banyak anak muda pria mengenakan jersey, custom, kaos timnas atau kesebelasan mancanegara. Mirip aslinya, nomor punggung dan nama pemilik nomor punggung. Mereka tahu nama pencetak gol terbanyak. Tahu nama kesebelasan dan nama negara asalnya.

Sisanya, tak kurang yang mengidolakan artis, selebritis, aktor atau anak panggung. Cita-cita menjadi artis, penyanyi, komedian atau sebutan komersial lainnya. Jika dibukan ajang pencari bakat orang beken, dengan segala modal keahlian, dipastikan dalam setahun penyelenggaraan tak akan tuntas.

Beda jika diadakan lomba pengetahuan tentang sejarah Indonesia. Mulai katakan jelang persiapan memerdekakan diri dari penjajajah bansa asing dan penjilat bangsa sendiri, memasuki pra-proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 sampai sekarang. Dipastikan kalau pesertanya adalah karena terpaksa, ditunjuk atau mewakili daerah.

Jangan salahkan generasi anak bangsa yang lahir sejak reformasi bergulir dari puncak sukses 21 Mei 1998, mengalami kontaminasi secara sistematis, konstitusional akibat kondisi peradaban berbangsa, bernegara dan bermasyarakat.

Menurut runutan, runtututan sejarah di éra mégatéga 2014-2019, muncul penjajah bangsa sendiri, dari kalangan manusia ekonomi secara tak langsung dan oleh manusia politik secara langsung, konstitusional dan periodik lima tahunan.

Generasi muda kebagian peran sebagai pengjilat penguasa dan sekaligus dikondisikan sebagai penghujat lawan politik penguasa.[HaèN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar