pusat
gempa dan bencana politik ada di dasar hati penguasa
Setiap jelang akhir periode
kepemimpinan nasional, rakyat selalu tetap berharap akan terpilihnya pemimpin
yang baik dan benar. Tak pernah putus asa, patah semangat, terlebih jika yang
muncul adalah muka lama, pemain kawakan. Kendati ada pendatang baru, pemain
anyar, namun rakyat yang buta politik tak bisa ditipu hidup-hidup. Siapa yang
sebagai produk turunan, imitas, abal-abal.
Jangankan melihat barisan peminat
jadi pemimpin nasional, melihat partai politik yang ikut berlaga di pesta
demokrasi, sudah langsung bisa memprakirakan daya juang ideologinya.
Rakyat tidak perlu melakukan ternak
bekicot secara massal. Melalui gerakan aksi nasional maupun agar tiap rumah
tangga membudidayakan bekicot. Bibit bekicor disediakan gratis oleh kementerian
ketahanan jiwa.
Bekicot memang pernah mengalahka
kecerdikan sang kancil, pelanduk. Ketika adu laju politik cepat, siapa cepat
yang akan dapat. Siapa kuat yang akan menang. Siapa banyak suara yang akan
kuasa. Jadi asas “baik dan benar” buka dalam takaran moral. Lebih ditentukan
oleh suara mayoritas.
Sementara ahli lokal ada yang mengusulkan penggunaan
pasal bebas kearifan komunitas (community wisdom) yang lebih jelas
mengakarnya. Kurang pas karena seolah mengutamakan kepentingan lokal atau
daerah.
Kisah sang kancil hanya dongeng
anak-anak. Kisah nyata di NKRI adalah hikayat Buaya vs Cicak. Cicak di dinding
turun gunung melawan mbahnya buaya Nusantara. Berjilid-jilid. Itulah politik
Indonesia.
Jangan lupa, komen anak bangsa
berlabel politikus lokal, kambuhan, karbitan semakin membuktikan betapa licik,
picik komponen penguasa. Tak salah, koorporasi pengganda berita sedang naik
daun atau merasa mampu mengdalikan negara.
Gonjang-ganjing, carut-marut
perpolitikkan bangsa, kita tak perlu cari kambing hitamnya. Tak perlu tunjuk
hidung siapa setan belangnya. Tak perlu alergi, antipasti dengan tindak ucap
dari moncong, congor, corong serigala politik.
Rakyat tetap mengadalkan doa bagi
bangsa dan negara. Sederhana. [HaèN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar