Halaman

Sabtu, 07 Oktober 2017

efek domino revolusi mental, gerakan senyap ideologi komunis vs aksi nyata separatis konstitusional



efek domino revolusi mental, gerakan senyap ideologi komunis vs aksi nyata separatis konstitusional

Karakter peradaban suatu bangsa, sangat ditentukan oleh proses perjuangan semua unsur rakyat, segala elemen masyarakat, segenap komponen penduduk. Perjuangan dalam segala aspek kehidupan.

Perjuangan bangsa Indonesia, yang akan menentukan garis kehidupannya, adalah melepaskan diri dari penjajahan bangsa asing di negeri sendiri. Kita hanya mengenang 3,5 abad, Nusantara dikuasai oleh bangsa dan pemerintah Belanda. Seumur jagung, tenaga rakyat diperas habis-habisan oleh balatentara Jepang. Belum pasukan Sekutu yang membuka cabang. Itupun masih belum berakhir, secara de jure mapun de facto.

Keberhasilan bangsa Indonesia dengan Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, tidak otomatis menjadikan sendi-sendi kehidupan bertanah air, merdeka juga. Bukan sekedar butuh waktu. Tetapi sangat ditentukan oleh hubungan, interaksi kesamaan, kebersamaan, perstauan dan kesatuan.

Modal dasar untuk merdeka, memang jauh masa sudah dipunyai oleh bangsa Indonesia. Sejarah sudah mencatatnya. Tentu dengan berbagai versi atau sesuai selera pihak tertentu.

Penulisan sejarah Indonesia tak lepas dari pengaruh sejarah bangsa-bangsa yang lain. Ada fakta reliji yang sengaja disamarkan atau bahkan dikuburkan. Bangsa yang mendewakan akal, kemampuan otak, mengutamakan logika, dalam proses kehidupan sudah ada yang merasa terbentur pada dinding kokoh.

Fakta sejarah yang sengaja disamarkan, malah membuka mata mereka. Penemuan ilmiah, atau minimal pemikiran ilmiah terbentur pada kondisi tidak bisa menemukan jawabannya. Kendati dari berbagai pakar, ahli beda bangsa, yang tak sengaja melakukan hal yang sama, akan memasuki tahap yang sama. Yaitu kebuntuan untuk mencari jawaban atas teka-teki kehidupan.

Mereka sulit untuk merumuskan kehidupan dunia. Dibanding alam semesta, yang salah satunya berupa Bulan sudah berhasil diinjak kaki manusia. belum benda angkasa lainnya yang berhasil didarati. Minimal diambil gambarnya atau data/info ilmiahnya.

Kalau bangsa yang jauh tahun merdeka dari Indonesia, atau yang seumur, atau bahkan yang lebiuh muda, tampak melaju meninggalkan kemajuan peradaban NKRI, jangan saling mencari kambing hitam.

Ironis binti miris, justru yang sedang naik dau di periode 2014-2019, dengan asas mégatéga.

Saya pernah mengolahkata “demi wibawa negara, penguasa harus serba mégatéga”. 

Kita jangan terjebak pada titik retak pemerintah vs daya rekat bangsa. Jangan sampai gonjang-ganjing pilkada DKI Jakarta 2017, hanya menjadi hiasan sejarah demokrasi. Lenyap oleh kebijakan penguasa. [HaèN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar