eksistensi
Pancasila di tahun politik 2018
Mungkin, agaknya sudah tradisi jika
tahun terakhir jelang pilpres, seolah sebagai tahun politik. Tak urung,
setingkat presiden saja sudah mem-warning semua pihak bahwa 2018
adalah tahun politik. Lepas dari karakter 2018 adalah tahun apa menurut
berbagai kalender peradaban.
Tahun politik semacam legitimasi
pemerintah yang sedang berjalan, bahwa politik adalah penentu nasib bangsa dan
negara. Jangan ada yang coba-coba main politik, jika tak sesuai dengan arahan,
kebijakan dan hukum politik penguasa. Jangan ada yang berpikir dalam hati
maupun diujarkan, yaitu merasa bisa menjadi pemimpin bangsa di periode
berikutnya. Jangan ada yang bertindak macam-macam di dua tahun terakhir periode
2014-2019.
Rakyat sudah bisa membaca peta
politik lokal sampai peta politik nasional.
Daya batin dan firasat rakyat sudah
bisa menangkap gejala, tanda, sinyal sesuai peribahasa “becik ketitik, olo
ketoro”. Semakin sering oknum penguasa atau siapa saja, acap
bercuap, berucap memanfaatkan media massa, seolah malah membuka tabir diri.
Tahun politik akan diramaikan oleh
gerakan senyap anak cucu ideologis yang alergi, antipasti dengan keberadaan
Pancasila. Penistaan agama akan menjadi menu politik. Jika diterawang dari
angkasa raya, warna ideologi, karakter politik yang bertarung, seolah nyaris
sama. Beda pada gradasi. Bukan diartikan, ada yang Indonesia banget dan/atau
ada yang Indonesia saja.
Konon, walau sama-sama memakai “ilmu”
Pancasila, namun beda perguruan, beda aliran politik, maka seolah tidak ada
kawan, tidak ada lawan.
Konon, para petarung politik berada
di awang-awang, jiwa tidak tertanam di rakyat. Ruang gerak hanya ke arah horizontal. Di atas mereka
sudah ada pasal khusus dari investor politik. Hanya yang sudah terdaftar atau
mempunyai konektivitas yang agak bebas bergerak.
Kendati 2018 sebagai tahun politik,
Indonesia tidak berorientasi pada sistem. Pengaruh perorangan, nama besar individu
– bukan sebagai manusia politik – akan menentukan jalannya
sejarah. Mereka yang seolah kebal hukum. Mereka yang menjadi perpanjangan
tangan, menjadi anak perusahaan ideologi dari negara paling bersahabat. [HaèN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar