Halaman

Selasa, 03 Oktober 2017

eksistensi Pancasila di tahun politik 2018



eksistensi Pancasila di tahun politik 2018

Mungkin, agaknya sudah tradisi jika tahun terakhir jelang pilpres, seolah sebagai tahun politik. Tak urung, setingkat presiden saja sudah mem-warning semua pihak bahwa 2018 adalah tahun politik. Lepas dari karakter 2018 adalah tahun apa menurut berbagai kalender peradaban.

Tahun politik semacam legitimasi pemerintah yang sedang berjalan, bahwa politik adalah penentu nasib bangsa dan negara. Jangan ada yang coba-coba main politik, jika tak sesuai dengan arahan, kebijakan dan hukum politik penguasa. Jangan ada yang berpikir dalam hati maupun diujarkan, yaitu merasa bisa menjadi pemimpin bangsa di periode berikutnya. Jangan ada yang bertindak macam-macam di dua tahun terakhir periode 2014-2019.

Rakyat sudah bisa membaca peta politik lokal sampai peta politik nasional.

Daya batin dan firasat rakyat sudah bisa menangkap gejala, tanda, sinyal sesuai peribahasa “becik ketitik, olo ketoro”. Semakin sering oknum penguasa atau siapa saja, acap bercuap, berucap memanfaatkan media massa, seolah malah membuka tabir diri.

Tahun politik akan diramaikan oleh gerakan senyap anak cucu ideologis yang alergi, antipasti dengan keberadaan Pancasila. Penistaan agama akan menjadi menu politik. Jika diterawang dari angkasa raya, warna ideologi, karakter politik yang bertarung, seolah nyaris sama. Beda pada gradasi. Bukan diartikan, ada yang Indonesia banget dan/atau ada yang Indonesia saja.

Konon, walau sama-sama memakai “ilmu” Pancasila, namun beda perguruan, beda aliran politik, maka seolah tidak ada kawan, tidak ada lawan.

Konon, para petarung politik berada di awang-awang, jiwa tidak tertanam di rakyat. Ruang gerak hanya ke arah horizontal. Di atas mereka sudah ada pasal khusus dari investor politik. Hanya yang sudah terdaftar atau mempunyai konektivitas yang agak bebas bergerak.

Kendati 2018 sebagai tahun politik, Indonesia tidak berorientasi pada sistem. Pengaruh perorangan, nama besar individu bukan sebagai manusia politik akan menentukan jalannya sejarah. Mereka yang seolah kebal hukum. Mereka yang menjadi perpanjangan tangan, menjadi anak perusahaan ideologi dari negara paling bersahabat. [HaèN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar