nalika partai ilang gegayuhan politiké
Kata ahlinya, ketokohan seseorang bisa menjadikan
partai politik yang tanpa cita-cita politik tetap berdaya tarik, layak jual, siap
tanding di pesta demokrasi. Ketika pemilihan umum legislatif, rakyat pemilih
bebas memilih nama orang, tentunya pada parpol yang dikenal rekam jejaknya.
Kata rakyat, Indonesia paceklik negarawan memang
masuk akal. Tingkatan paling tinggi pejuang politik adalah jadi ketua umum
partai politik, jadi wakil rakyat, jadi kepala daerah, serta puncaknya adalah
jadi kepala negara.
AD dan ART partai politik hanya difahami oleh yang
buat. Visi dan Misi partai politik dibuat dadakan jika menang pemilu legislatif.
Formulasi kehidupan berbangsa dan bernegara kalah pamor dengan bagaimana
mensejahterakan pengurus, kader dan anggota partai politik.
Partai politik tanpa konsep, tanpa tokoh, justru
menjadi daya tarik para petualang politik, sebagai kesempatan dan peluang untuk
berbuat banyak. Jangan heran jika pemain, pelaku, pekerja politik umumnya
menyandang predikat tuna laras. Bukan berarti partai politik yang banyak makan
asam garam, berpengalaman antar periode, otomatis mirip negara kecil. Bagaimana
ceritanya?
Akal sederhana kawanan parpolis adalah menfasirkan
bahwa main politik sebagai langkah konstitusional merebut kekuasaan. Mereka
yang menang di pesta demokrasi, merasa bisa mengatur negara dengan cara seperti
mengatur partai politik.
Apakah di éra mégatéga, serbatéga, téga-téganya, cita-cita
puluhan Partai Politik sudah menjadi lagu wajib? [HaeN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar