partai
tidak mengenal dosa
Siapa duga segala tingkah laku, perilaku, olah pikir,
tindak mulut oknum pelaku, pekerja, pemain politik, khususnya yang menjadi
bahan tayangan media masa, tidak berdampak pada tata kehidupan masyarakat. Ibarat
anak yang baru belajar, nyaris tiap hari disuguhi tontonan yang baik dan benar
menurut hukum politik. Pernah terjadi ada anak lelaki balita mahir merokok dan
omong jorok, karena bergaul dalam lingkungan kerja ayahnya, sebagai tukang
bangunan.
Aroma irama syahwat politik Nusantara tidak ada di
kamus gaul suku bangsa manapun. Bahkan segala
perwatakan di dunia wayang, kalah banyak dengan predikat yang disandang oleh oknum
ketua umum parpol sampai bolo dupak-nya.
Banyak faktor yang menentukan cerdas politik. Modal
dasar dan modal utamanya adalah akhlak, moral, budi pekerti, serta beragam
norma kehidupan produk budaya, adat istiadat lokal. Jangan lupa, begitu anak
manusia menerjunkan dirinya dengan sadar di panggung, industri politik, mau tak
mau wajib siap jadi budak politik. Kader kutu loncat bukan hal tabu. Bahkan kalau
berduit mau mendirikan partai politik, tidak melanggar pasal hukum positif.
Idealnya, memang berawal bahwa partai politik
bersifat lokal, kedaerahan. Semakin dapat
diterima rakyat, dapat meningkatkan daerah operasinya. Diimbangi dengan produk
politik yang masuk akal, sesuai bahasa rakyat, tidak perlu rumusan yang
tidak-tidak, apalagi sampai berbusa-busa. [HaeN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar