Halaman

Senin, 25 Juli 2016

partai tidak mengenal dosa



partai tidak mengenal dosa

Siapa duga segala tingkah laku, perilaku, olah pikir, tindak mulut oknum pelaku, pekerja, pemain politik, khususnya yang menjadi bahan tayangan media masa, tidak berdampak pada tata kehidupan masyarakat. Ibarat anak yang baru belajar, nyaris tiap hari disuguhi tontonan yang baik dan benar menurut hukum politik. Pernah terjadi ada anak lelaki balita mahir merokok dan omong jorok, karena bergaul dalam lingkungan kerja ayahnya, sebagai tukang bangunan.

Aroma irama syahwat politik Nusantara tidak ada di kamus gaul suku bangsa  manapun. Bahkan segala perwatakan di dunia wayang, kalah banyak  dengan predikat yang disandang oleh oknum ketua umum parpol sampai bolo dupak-nya.

Banyak faktor yang menentukan cerdas politik. Modal dasar dan modal utamanya adalah akhlak, moral, budi pekerti, serta beragam norma kehidupan produk budaya, adat istiadat lokal. Jangan lupa, begitu anak manusia menerjunkan dirinya dengan sadar di panggung, industri politik, mau tak mau wajib siap jadi budak politik. Kader kutu loncat bukan hal tabu. Bahkan kalau berduit mau mendirikan partai politik, tidak melanggar pasal hukum positif.

Idealnya, memang berawal bahwa partai politik bersifat lokal, kedaerahan.  Semakin dapat diterima rakyat, dapat meningkatkan daerah operasinya. Diimbangi dengan produk politik yang masuk akal, sesuai bahasa rakyat, tidak perlu rumusan yang tidak-tidak, apalagi sampai berbusa-busa. [HaeN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar