efek domino revolusi mental, loyalis teroris vs
fanatisme ideologi
Pernak-pernik, manik-manik, aksesoris, atribut kehidupan berbangsa,
bernegara dan bermasyarakat bangsa Indonesia semakin gemerlap. Penganut ideologi
sesaat semakin silau dengan kemilau daya tarik konsumtivisme kursi kekuasaan. Pola
lama yang dirasa masih ampuh, manjur dan mujarab dalam menghadapi ‘lawan
politik’, pihak yang berseberangan, kelompok anti kemapanan, lebih patriotisme dan
heroisme adalah mencegah tangkal gerakan anti Pancasila dengan kombinasi atau
resultan gaya hantam kromo Orde Lama dengan aliran kalau tidak bisa dirangkul,
akan didengkul Orde Baru.
Gaya dan daya pemain, pelaku, pekerja politik seolah masih menunjukkan
persatuan dan kesatuan karena sama-sama sebagai penyekenggara negara. Namum dalam
hati terjadi konflik batin, atau antar komponen terjadi perang dingin. Nafsu,
syahwat politik yang mengemuka adalah jangan sampai terjegal, terganjal pasal
sebelum jatuh tempo. Kalau bisa melaju sampai garis finis dan maju lagi di periode
berikutnya.
Jadi, akar semu ideologi bangsa yang merasuk ke hati nurani rakyat Indonesia.
Gerakan senyap mencari akar budaya malah menjadikan bangsa ini terjerumus ke
bentuk penjajahan ideologi yang kalah kualitas dengan pelaku ekonomi warga
keturunan.
Indonesia sedang dilanda musibah akibat dari mempercayai sekaligus
mempersenjatai penjajah bertampang pejabat. Ingat semboyan “pejah gesang nderek parpol” [HaeN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar