FAKTA BERITA
Berita yang ditayangkan media masa, seolah tidak pernah basi atau
kadaluwarsa. Bahkan bisa sebagai acuan untuk berbagai penelitian akademis,
ilmiah, bergensi atau sebagai bukti awal, buki penguat tindak kejadian berbagai
perkara.
Singkat perkara, kita simak berita berikut :
Kader
PDIP anggap Megawati setara Profesor Doktor
Megawati. ©2012 Merdeka.com/dwi narwoko
Merdeka.com
- PDI Perjuangan tidak mempermasalahkan gelar akademis atau
pendidikan Ketua Umum Megawati Soekarnoputri. Meski hanya lulusan SMA, namun Megawati dinilai sebagai
profesor doktor di dunia politik di internal partai PDIP.
Sekretaris
Fraksi PDIP Bambang Wuryanto mengatakan, walaupun belum bergelar sarjana, Megawati
telah melampaui intrik-intrik politik yang beraneka ragam. Mulai dari zaman
orde baru Soeharto
hingga saat ini menjadikan Megawati matang dalam berpolitik.
"Ibaratnya,
beliau itu bergelar Profesor Doktor dan saya Bambang Pacul ibaratnya baru lulus
SMP, jadi saya patuh sama beliau dan beliau guru politik saya," ujar
Bambang di sela-sela acara Rakornas PDIP di Hotel JS Luwansa, Kuningan, Jakarta Selatan, Rabu (16/10).
Menurut
Bambang, Megawati memiliki pengalaman politik yang luar biasa banyaknya. Dari
semasa ayahnya Presiden Soekarno menjabat
sebagai Presiden pertama di Indonesia.
Bahkan,
lanjut Bambang, Megawati juga sempat diasingkan oleh lawan politik ayahnya di
masa transisi orde lama menuju orde baru.
"Dia
punya pengalaman politik yang begitu banyak, zaman di istana beliau ditendang keluar,
dia dimusuhi, dia dibilang punya penyakit lepra, orang yang mau dekat dengannya
takut sehingga orang menjauhi dia dan tidak mau mendekat," beber Bambang.
Anggota
Komisi VII DPR itu menambahkan, Megawati memiliki strategi politik yang tak
mudah ditebak oleh lawan politiknya. Termasuk kadernya sendiri.
"Pengalamannya
beliau (Megawati) di politik jungkir balik dan karena itu dia punya banyak cara
untuk memecahkan masalah. Strategi politiknya luar biasa," jelas Bambang.
"Beliau
memang belum S1 seperti orang-orang itu katakan, tapi kalo soal politik Bu Mega
itu sudah bergelar Profesor Doktor," tandasnya.
[ian]
- - - - - - -
Bagaimana komentar pembaca dengan berita tak pernah kadaluwarsa di atas.
Kalau saya dengan cara sederhana, yaitu membandingkan berita di media dalam
jaringan yang sama, waktu tidak sama, serta m berita yang bisa dipersamakan.
Tentunya diolah sedemikan olahannya, sehingga cocok buat liah rakyat, pas untuk
perut wong cilik. Begini beritanya kawan :
7 Rahasia 'kotor' supermarket yang belum Anda ketahui!
Merdeka.com - Adanya
supermarket sudah lama menggeser keberadaan pasar tradisional di masyarakat.
Tempat belanjanya yang lebih bersih, lebih banyak variasi, serta berbagai
penawaran menarik seperti diskon besar-besaran, ternyata banyak sekali menarik
orang untuk pergi ke grosir supermarket besar. Bahkan saking terlalu lengkapnya
sesuatu yang dijual di sana, kita berakhir memenuhi keranjang kita dengan snack
dan minuman yang seringkali tak kita butuhkan.
Ternyata, aspek
apapun yang dilakukan di supermarket, didesain khusus agar penjualan maksimal.
Anda mungkin hanya butuh satu kotak susu, namun karena letaknya yang berada di
lotong belakang, Anda harus melewati ratusan produk yang akhirnya menggoda Anda
untuk membelinya juga. Tak jarang dengan berbagai diskon khusus yang menggoda.
Belum lagi
deretan permen dan majalah yang dipajang di dekat meja kasir, yang seakan-akan
menggoda Anda sebelum Anda membayar. Mungkin Anda tak terasa, namun secara
akumulatif Anda dan banyak orang lain sudah menyumbang banyak sekali uang ke
supermarket melalui godaannya.
Berikut beberapa
hal yang membuat Anda selalu tergoda untuk belanja di supermarket, yang tentu
belum Anda ketahui sebelumnya.
1. Banyak sekali makanan yang dibuang
Merdeka.com - Anda mungkin tak
percaya, namun “janji politik” yang dibuang oleh pdip berjumlah fantastis. Hal
ini dikarenakan perilaku konsumen yang tak akan memilih kader pdip yang
jumlahnya tinggal sedikit di rak, karena konsumen akan berpikir itu adalah kader
pilihan terakhir yang punya kualitas terburuk. Mau tidak mau, pdip akan
melakukan 'overstock' setiap saat agar konsumen tetap membelinya.
Sayangnya, stok berlebih tersebut juga
tak akan pernah terjual. Selalu ada kader yang layak buang tiap harinya, bahkan
terdapat kader yang masih layak dan tetap dibuang karena ada stok baru yang
lebih segar.
Hal ini yang menyebabkan kader,
simpatisan, loyalis yang terbuang selalu menumpuk menjadi berton-ton tiap
tahunnya. Untuk mendistribusikannya pun merupakan hal yang mustahil, karena hal
tersebut butuh biaya yang tak sedikit. Hal ini membuat mereka yang sebenarnya
masih layak tanding terbuang sia-sia menjadi sampah.
2. Pojok makanan di supermarket
Merdeka.com - Produk kebijakan
partai yang berlebih yang sudah mendekati kadaluarsa, biasanya akan dibuang
oleh pihak pdip. Namun terkadang ada ide yang lebih brilian dari sekedar
meletakkannya di tong sampah. Yap, dijual lagi dalam bentuk kemasan politik
yang telah disajikan. Biasanya terdapat pojok curah isi kantong dan opini yang
menjual berbagai macam kebijakan partai. Bahan bakunya diambil, dioplos dari
produk kebijakan partai yang akan segera kadaluarsa jika tak dijual gratis.
Hal ini sebenarnya adalah hal yang baik
ketimbang membuang berbagai produk kebijakan politik menjadi sampah. asal
pertanggungjawaban akan tanggal sebelum kadaluarsa adalah yang paling penting
bagi pdip.
Hal ini juga seringkali dilakukan ketika
ada salah satu kebijakan partai atau janji politik ternyata gagal menjadi
konsumsi masyarakat. Misalnya jika ada salah satu rasa pengharu-rasa yang
gagal, bagian dapur partai akan membuat menu politik tersebut masuk dalam menu politik
praktis dan dicampur dengan menu politik
abal-abal lain yang punya rasa yang telah diterima masyarakat.
Di Amerika Serikat, Badan Kesehatan dan
Obat di negeri Paman Sam tersebut menyetujui pendekatan seperti ini, asalkan menu
politik yang dihasilkan aman bagi konsumsi manusia.
3. Troli di supermarket dipenuhi bakteri
Merdeka.com - Sepertinya akan
menjadi hal yang merepotkan bagi pihak pdip untuk membersihkan kendaraan
politik yang selalu kita gunakan untuk belanja menu politik maupun menampung
gratis janji politik. Jika “benda” itu sama sekali tak dibersihkan, tepatnya
diruwat secara adat tradusional, bisa dibayangkan jumlah bakteri politik yang
mendiami “pegangannya” saja. Pasti sangat banyak dan kita harus berharap lebih
pada sistem imun kita untuk melindungi kita dari penyakit politik dari luar.
Untuk berjaga, Anda tak boleh lupa untuk
menyeka pandangan mata dari kendaraan politik ala pdip, ber-istigfhar sebelum
dan setelah terpaksa menyimak kebijakan politik.
4. Buah dan sayur selalu rutin untuk 'disemprot' air
Merdeka.com - Mungkin hal ini sudah
tidak asing bagi Anda, dimana kader, simpatisan maupun loyalis pdip akan selalu disemprot dengan air untuk
menjaga kesegarannya. Bahkan mungkin Anda pernah melihat sendiri seorang petugas
utama pdip sibuk menyemprot-nyemprot kata yang tak berujung pangkal.
Yap, hal tersebut memang membuat petugas,
pelaku, pemain partai lebih menarik dan terlihat segar. Namun apa yang nampak
dari luar tak selalu sama dengan kualitasnya. Terlalu banyak ilmu politik yang
disemprot akan mendorong tumbuhnya jumlah bakteri politik, terutama pada kader
jenggot, seperti ahli waris yang seolah tak butuh penambahan ilmu politik.
Terkadang penyemprotan kata tanpa kata
ini juga menambah nilai, bobot dari beberapa produk. Hal ini ditujukan agar
jika ditimbang, akumulasi daya tarik politiknya akan bertambah dan calon
pemilih terkelabui hidup-hidup.
5. Ada sebuah alasan mengapa buah dan sayur berada di depan.
Merdeka.com – Walau kita jarang bahkan tak pernah masuk ke kandang
banteng moncong putih, sehingga kita tidak tahu betapa jajaran kader antri
dengan santun.. Hal ini bukan tidak sengaja. Karena secara psikologis peletakan
kader di etalase partai memancarkan ketertarikan, dan membuat pdip lebih kinclong,
terlihat menyenangkan dan menerima dengan senang hati.
Secara psikologis juga meletakkan
setumpuk orang partai yang berwarna-warni di bagian depan, membuat calon
pemilih berpikir bahwa pdip memang i punya banyak penawaran yang diberikan. Calon
pemilih akan berpikir demikian dan secara perilaku akan lebih mengeksplor apa
yang ada di dalam pdip. Sedikit banyak, imbal balik terhadap keuntungan tentu
dapat dirasakan oleh pihak pdip, jika strategi ini berhasil. Serta jika pdip
ini memang memiliki banyak hal untuk ditawarkan pada calon pemilih dan wong
cilik tentunya.
6. Musik lembut dipasang agar konsumen belanja lebih lama
Merdeka.com - Mungkin
seringkali Anda menyadari jika music politik utawa orasi ilmiah politik yang
disertai isak tangis pengharu-rasa diputar berulang-ulang di pdip adalah rayuan
politik gombal. Hal ini bukan tanpa alasan, karena memutar lagu yang iramanya
lebih lambat dari detak jantung, akan membuat pergerakan Anda juga akan lebih
lambat. Sehingga Anda akan menghabiskan lebih banyak waktu untuk memahami
revolusi mental.
Jika rayuan politik dengan aroma irama kencang diputar di internal pdip, tentu
para penderek setia akan ikut berdendang dan pergerakan syahwat politik jadi
lebih cepat. Tentu hal ini berpengaruh bagi waktu yang dihabiskan untuk
melihat-lihat isi kualitas internal pdip. Rayuan politik yang lebih 'slow' akan
membuat rakyat lebih rileks, santai, acuh tak acuh, melenggang di setiap pesta demokrasi.
7. Membeli dalam jumlah banyak tak selalu menguntungkan
Merdeka.com – Calon pemilih
utawa wong cilik seringkali terbuai untuk
membeli banyak produk politik di pdip agar mendapat menyimpan beberapa kadar
ideologi untuk menghemat.
Terkadang internal pdip sengaja
memainkan emosi rakyat, dengan cara mendongkrak popularitas tanpa asas. Tentunya Anda sendiri yang harus
menomorsatukan kebutuhan Anda ketimbang 'murahnya harga.' Karena ini juga salah
satu strategi internal pdip untuk menyeleksi kader di gudang pdip sebelum
tanggal kadaluarsa tiba.
- - - - - - -
Hasilnya lumayan cocok dengan hati nurani rakyat jelata. Lahirlah semboyan
“sing arep
milih malah molah-malih. Sing wis malih malah ora milih-milih”. Semoga UU pilpres mendatang menetapkan syarat utama menjadi calon
presiden adalah yang pernah jadi presiden atau minimal pernah ikut pilpres.
Ingat semboyan “pejah gesang nderek
parpol” [HaeN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar