Halaman

Kamis, 07 Juli 2016

efek domino revolusi mental, kutukan politik vs politik kutukan



FAKTA BERITA
Berita yang ditayangkan media masa, seolah tidak pernah basi atau kadaluwarsa. Bahkan bisa sebagai acuan untuk berbagai penelitian akademis, ilmiah, bergensi atau sebagai bukti awal, buki penguat tindak kejadian berbagai perkara.

Singkat perkara, kita simak berita berikut :
Kader PDIP anggap Megawati setara Profesor Doktor
Reporter : Muhammad Sholeh | Rabu, 16 Oktober 2013 20:56
Megawati. ©2012 Merdeka.com/dwi narwoko
Merdeka.com - PDI Perjuangan tidak mempermasalahkan gelar akademis atau pendidikan Ketua Umum Megawati Soekarnoputri. Meski hanya lulusan SMA, namun Megawati dinilai sebagai profesor doktor di dunia politik di internal partai PDIP.

Sekretaris Fraksi PDIP Bambang Wuryanto mengatakan, walaupun belum bergelar sarjana, Megawati telah melampaui intrik-intrik politik yang beraneka ragam. Mulai dari zaman orde baru Soeharto hingga saat ini menjadikan Megawati matang dalam berpolitik.

"Ibaratnya, beliau itu bergelar Profesor Doktor dan saya Bambang Pacul ibaratnya baru lulus SMP, jadi saya patuh sama beliau dan beliau guru politik saya," ujar Bambang di sela-sela acara Rakornas PDIP di Hotel JS Luwansa, Kuningan, Jakarta Selatan, Rabu (16/10).

Menurut Bambang, Megawati memiliki pengalaman politik yang luar biasa banyaknya. Dari semasa ayahnya Presiden Soekarno menjabat sebagai Presiden pertama di Indonesia.

Bahkan, lanjut Bambang, Megawati juga sempat diasingkan oleh lawan politik ayahnya di masa transisi orde lama menuju orde baru.

"Dia punya pengalaman politik yang begitu banyak, zaman di istana beliau ditendang keluar, dia dimusuhi, dia dibilang punya penyakit lepra, orang yang mau dekat dengannya takut sehingga orang menjauhi dia dan tidak mau mendekat," beber Bambang.

Anggota Komisi VII DPR itu menambahkan, Megawati memiliki strategi politik yang tak mudah ditebak oleh lawan politiknya. Termasuk kadernya sendiri.

"Pengalamannya beliau (Megawati) di politik jungkir balik dan karena itu dia punya banyak cara untuk memecahkan masalah. Strategi politiknya luar biasa," jelas Bambang.

"Beliau memang belum S1 seperti orang-orang itu katakan, tapi kalo soal politik Bu Mega itu sudah bergelar Profesor Doktor," tandasnya.
[ian]
- - - - - - -
Bagaimana komentar pembaca dengan berita tak pernah kadaluwarsa di atas.

Kalau saya dengan cara sederhana, yaitu membandingkan berita di media dalam jaringan yang sama, waktu tidak sama, serta m berita yang bisa dipersamakan. Tentunya diolah sedemikan olahannya, sehingga cocok buat liah rakyat, pas untuk perut wong cilik. Begini beritanya kawan :

7 Rahasia 'kotor' supermarket yang belum Anda ketahui!
Reporter : Indra Cahya | Rabu, 6 Juli 2016 00:01
Merdeka.com - Adanya supermarket sudah lama menggeser keberadaan pasar tradisional di masyarakat. Tempat belanjanya yang lebih bersih, lebih banyak variasi, serta berbagai penawaran menarik seperti diskon besar-besaran, ternyata banyak sekali menarik orang untuk pergi ke grosir supermarket besar. Bahkan saking terlalu lengkapnya sesuatu yang dijual di sana, kita berakhir memenuhi keranjang kita dengan snack dan minuman yang seringkali tak kita butuhkan.

Ternyata, aspek apapun yang dilakukan di supermarket, didesain khusus agar penjualan maksimal. Anda mungkin hanya butuh satu kotak susu, namun karena letaknya yang berada di lotong belakang, Anda harus melewati ratusan produk yang akhirnya menggoda Anda untuk membelinya juga. Tak jarang dengan berbagai diskon khusus yang menggoda.

Belum lagi deretan permen dan majalah yang dipajang di dekat meja kasir, yang seakan-akan menggoda Anda sebelum Anda membayar. Mungkin Anda tak terasa, namun secara akumulatif Anda dan banyak orang lain sudah menyumbang banyak sekali uang ke supermarket melalui godaannya.

Berikut beberapa hal yang membuat Anda selalu tergoda untuk belanja di supermarket, yang tentu belum Anda ketahui sebelumnya.

1.      Banyak sekali makanan yang dibuang

Merdeka.com - Anda mungkin tak percaya, namun “janji politik” yang dibuang oleh pdip berjumlah fantastis. Hal ini dikarenakan perilaku konsumen yang tak akan memilih kader pdip yang jumlahnya tinggal sedikit di rak, karena konsumen akan berpikir itu adalah kader pilihan terakhir yang punya kualitas terburuk. Mau tidak mau, pdip akan melakukan 'overstock' setiap saat agar konsumen tetap membelinya.

Sayangnya, stok berlebih tersebut juga tak akan pernah terjual. Selalu ada kader yang layak buang tiap harinya, bahkan terdapat kader yang masih layak dan tetap dibuang karena ada stok baru yang lebih segar.

Hal ini yang menyebabkan kader, simpatisan, loyalis yang terbuang selalu menumpuk menjadi berton-ton tiap tahunnya. Untuk mendistribusikannya pun merupakan hal yang mustahil, karena hal tersebut butuh biaya yang tak sedikit. Hal ini membuat mereka yang sebenarnya masih layak tanding terbuang sia-sia menjadi sampah.

2.      Pojok makanan di supermarket

Merdeka.com - Produk kebijakan partai yang berlebih yang sudah mendekati kadaluarsa, biasanya akan dibuang oleh pihak pdip. Namun terkadang ada ide yang lebih brilian dari sekedar meletakkannya di tong sampah. Yap, dijual lagi dalam bentuk kemasan politik yang telah disajikan. Biasanya terdapat pojok curah isi kantong dan opini yang menjual berbagai macam kebijakan partai. Bahan bakunya diambil, dioplos dari produk kebijakan partai yang akan segera kadaluarsa jika tak dijual gratis.

Hal ini sebenarnya adalah hal yang baik ketimbang membuang berbagai produk kebijakan politik menjadi sampah. asal pertanggungjawaban akan tanggal sebelum kadaluarsa adalah yang paling penting bagi pdip.

Hal ini juga seringkali dilakukan ketika ada salah satu kebijakan partai atau janji politik ternyata gagal menjadi konsumsi masyarakat. Misalnya jika ada salah satu rasa pengharu-rasa yang gagal, bagian dapur partai akan membuat menu politik tersebut masuk dalam menu politik praktis  dan dicampur dengan menu politik abal-abal lain yang punya rasa yang telah diterima masyarakat.

Di Amerika Serikat, Badan Kesehatan dan Obat di negeri Paman Sam tersebut menyetujui pendekatan seperti ini, asalkan menu politik yang dihasilkan aman bagi konsumsi manusia.

 

3.      Troli di supermarket dipenuhi bakteri

Merdeka.com - Sepertinya akan menjadi hal yang merepotkan bagi pihak pdip untuk membersihkan kendaraan politik yang selalu kita gunakan untuk belanja menu politik maupun menampung gratis janji politik. Jika “benda” itu sama sekali tak dibersihkan, tepatnya diruwat secara adat tradusional, bisa dibayangkan jumlah bakteri politik yang mendiami “pegangannya” saja. Pasti sangat banyak dan kita harus berharap lebih pada sistem imun kita untuk melindungi kita dari penyakit politik dari luar.

Untuk berjaga, Anda tak boleh lupa untuk menyeka pandangan mata dari kendaraan politik ala pdip, ber-istigfhar sebelum dan setelah terpaksa menyimak kebijakan politik.

 

4.      Buah dan sayur selalu rutin untuk 'disemprot' air

Merdeka.com - Mungkin hal ini sudah tidak asing bagi Anda, dimana kader, simpatisan maupun loyalis  pdip akan selalu disemprot dengan air untuk menjaga kesegarannya. Bahkan mungkin Anda pernah melihat sendiri seorang petugas utama pdip sibuk menyemprot-nyemprot kata yang tak berujung pangkal.

Yap, hal tersebut memang membuat petugas, pelaku, pemain partai lebih menarik dan terlihat segar. Namun apa yang nampak dari luar tak selalu sama dengan kualitasnya. Terlalu banyak ilmu politik yang disemprot akan mendorong tumbuhnya jumlah bakteri politik, terutama pada kader jenggot, seperti ahli waris yang seolah tak butuh penambahan ilmu politik.

Terkadang penyemprotan kata tanpa kata ini juga menambah nilai, bobot dari beberapa produk. Hal ini ditujukan agar jika ditimbang, akumulasi daya tarik politiknya akan bertambah dan calon pemilih terkelabui hidup-hidup.

 

5.      Ada sebuah alasan mengapa buah dan sayur berada di depan.

Merdeka.com – Walau kita jarang bahkan tak pernah masuk ke kandang banteng moncong putih, sehingga kita tidak tahu betapa jajaran kader antri dengan santun.. Hal ini bukan tidak sengaja. Karena secara psikologis peletakan kader di etalase partai memancarkan ketertarikan, dan membuat pdip lebih kinclong, terlihat menyenangkan dan menerima dengan senang hati.

Secara psikologis juga meletakkan setumpuk orang partai yang berwarna-warni di bagian depan, membuat calon pemilih berpikir bahwa pdip memang i punya banyak penawaran yang diberikan. Calon pemilih akan berpikir demikian dan secara perilaku akan lebih mengeksplor apa yang ada di dalam pdip. Sedikit banyak, imbal balik terhadap keuntungan tentu dapat dirasakan oleh pihak pdip, jika strategi ini berhasil. Serta jika pdip ini memang memiliki banyak hal untuk ditawarkan pada calon pemilih dan wong cilik tentunya.

6.      Musik lembut dipasang agar konsumen belanja lebih lama

Merdeka.com - Mungkin seringkali Anda menyadari jika music politik utawa orasi ilmiah politik yang disertai isak tangis pengharu-rasa diputar berulang-ulang di pdip adalah rayuan politik gombal. Hal ini bukan tanpa alasan, karena memutar lagu yang iramanya lebih lambat dari detak jantung, akan membuat pergerakan Anda juga akan lebih lambat. Sehingga Anda akan menghabiskan lebih banyak waktu untuk memahami revolusi mental.

Jika rayuan politik dengan aroma  irama kencang diputar di internal pdip, tentu para penderek setia akan ikut berdendang dan pergerakan syahwat politik jadi lebih cepat. Tentu hal ini berpengaruh bagi waktu yang dihabiskan untuk melihat-lihat isi kualitas internal pdip. Rayuan politik yang lebih 'slow' akan membuat rakyat lebih rileks, santai, acuh tak acuh,  melenggang di setiap pesta demokrasi.

7.      Membeli dalam jumlah banyak tak selalu menguntungkan

Merdeka.com – Calon pemilih utawa wong cilik  seringkali terbuai untuk membeli banyak produk politik di pdip agar mendapat menyimpan beberapa kadar ideologi untuk menghemat.

Terkadang internal pdip sengaja memainkan emosi rakyat, dengan cara mendongkrak popularitas tanpa asas.  Tentunya Anda sendiri yang harus menomorsatukan kebutuhan Anda ketimbang 'murahnya harga.' Karena ini juga salah satu strategi internal pdip untuk menyeleksi kader di gudang pdip sebelum tanggal kadaluarsa tiba.
- - - - - - -
Hasilnya lumayan cocok dengan hati nurani rakyat jelata. Lahirlah semboyan “sing arep milih malah molah-malih. Sing wis malih malah ora milih-milih”. Semoga UU pilpres mendatang menetapkan syarat utama menjadi calon presiden adalah yang pernah jadi presiden atau minimal pernah ikut pilpres.

Ingat semboyan “pejah gesang nderek parpol” [HaeN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar