ketika usia kita semakin menyusut
“Panjang umurnya . . . .” bagian dari lagu klasik, nyaris kurang
mendidik, diadob dari lagu Barat. Cukup akrab di telinga anak manusia. Memasuki
tanggal kelahiran setiap tahun, merasa kurang lengkap jika tidak ada acara
perayaan.walau kecil-kecilan. Umur tertentu yang menandakan kematangan
biologis, atau faktor lainnya layak diperingati. Ybs bisa saja adem-ayem dengan
bertambahnya usia, namun bagi orang lain bisa jadi “proyek kemanusiaan”.
Kita tidak hanya terkecoh oleh lagu Barat, tetapi
juga terpukau hidup-hidup oleh diet ala Barat yang seolah mampu memperpanjang angka
harapan hidup seseorang. Lebih terperdaya lagi dengan formulasi “awet hidup”
temuan kalangan kampus Barat, justru terinspirasi oleh Diet Ala Rasulullah SAW Dapat Perpanjang
Usia. Judul ini, pembaca yang
budiman, maupun yang berbudi-budi lainnya, dapat kita simak lebih lanjut di
berbagai tayangan. Silahkan. Jangan
sampai kita terpikat oleh produk luar, budaya asing atau masukan pemikiran
versi Barat. Kandungan lokal Nusantara cukup membuktikan dan menjanjikan.
Saat tafakur di masjid
jelang isya’, terdengar marbot berbincang dengan jamaah. Ada yang berujar : “kalau
bapak-bapak, punya pengalaman pernah muda, kalau saya cuma pengalaman masih
muda”. Langsung dijawab : “Itupun belum tentu bisa sampai tua”. Terdengar
sedikit perbincangan agak serius. Menarik, celetuk marbot yang sudah berumur : “Walau
saya umur sudah 74 tahun, masih muda. Karena bapak saya dulu meninggal umur 103
tahun”. Pembicaraan tambah seru, jamaah
yang semula jadi pendengar, ikut nimbrung urun rembug.
Tadi pagi liwat
penengeras suara masjid dari kampung tetangga, bapak X meninggal dunia usia 80
tahun. Dilengkapi dengan alamat rumah duka serta nama keluarga atau pihak yang
berduka.
Konon, yang utama dan pokok adalah bukan umur/usia panjang itu sendiri, melainkan
hidup sehat lebih lama. Istlahnya, hidup berkah, menjadi manusia yang
bermanfaat bagi sesama umat, sesame hamba-Nya. Bagi umat Islam yang berusia
mampu melampaui usia Rasulullah saw, lebih dari 63 tahun (perhitungan kalender
hijriah atau kelender masehi), merasa dapat bonus. Kalau boleh sombong, saya
termasuk pengikut Rasul yang dapat bonus. Jangan lupa, kelebihan daya tahan
Rasul yang saya contoh adalah kalau jalan kaki dengan langkah cepat. Tidak santai,
gontai apalagi langkah diseret. Kemanapun jalan kaki, dalam arti sejauh 5-10 km
masih berani menempuhnya. Demi usia berkah, jalan kaki pagi untuk kebugaran,
jalan kaki siang meningkatkan daya tahan, jalan kaki sore untuk bersilaturahmi.
Tidak salah jika kita merayakan hari kelahiran
kita. Bersyukur dengan ridho kedua orang tua yang menjadi ridho-Nya. Bagaimana
kita memanfaatkan sisa waktu dan cadangan usia untuk menapak jalan di depan
mata, jalan menuju kampung akhirat. [HaeN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar