bangkai reformasi masih bernilai politis
Jika Orde Lama identik dengan Bung
Karno, sang Proklamator, tak mau kalah gengsi penguasa tunggal Orde Baru, bapak
pembangunan, jenderal besar Soeharto. Fakta sejarah yang tidak bisa
dimanipulir. Hebatnya, aroma irama denyut nadi bangsa pasca Reformasi 21 Mei
1998 ditentukan oleh kinerja otot dan otak kawanan parpolis Nusantara. Alih
kepemimpinan nasional secara seremonial kenegaraan mulus saat SBY ke Jokowi.
Alih kepemimpinan nasional ke SBY sebagai bukti otentik bahwa otak politik
manusia Indonesia sudah kadaluwarsa, perlu turun mesin. Kalau ybs dipaksakan
jalan terus, bahkan terbukti di periode 2014-2019, tampilnya ybs sebagai
presiden senior semakin membuktikan mengandalkan otot politik.
Tradisi ruwatan politik harus dipersiapkan jelang alih kepemimpinan
nasional periode berikutnya. Kutukan politik harus dimusnahkan, jangan sampai
menghantui generasi atau periode berikutnya. Jika selama ini sesaji politik
atau sajen politik menjadi karakter
sisa-sisa semangat dan jiwa reformasi, tak ayal kita akan terjebak pada kemelut,
konflik politik tanpa wujud.
Tiadanya tokoh politik semangkin menjadikan bangsa ini harus berjuang
sendiri menentukan nasib, perjalanan hidup dan masa depannya. Wallahu a’lam bisshawab.[HaeN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar