Halaman

Selasa, 19 Juli 2016

memanfaatkan sisa waktu dan cadangan usia



memanfaatkan sisa waktu dan cadangan usia

Angka Harapan Hidup (AHH) adalah rata-rata perkiraan banyak tahun yang dapat ditempuh seseorang selama hidup. Bisa juga diartikan sebagai umur yang mungkin dicapai seseorang yang lahir pada tahun tertentu. Ada juga pihak yang mengartikan AHH dengan penjabaran pada suatu umur x adalah rata-rata tahun hidup yang masih akan dijalani oleh seseorang yang telah berhasil mencapai umur x, pada suatu tahun tertentu, dalam situasi mortalitas yang berlaku di lingkungan masyarakatnya.

Orang tuanya, ibu bapaknya bisa berumur panjang, apakah anaknya juga akan berhal demikian. Pada suatu daerah, usia penduduknya bisa jauh di atas rata-rata usia hidup. Segala fakta atau kasus tentang umur manusia tidak bisa diambil kesimpulan atau benang merahnya. Semua manusia maupun mahkluk yang bernyawa akan menemui batas umurnya.

Memahami seberapa lama usia manusia, kita coba simak penjelasan di Al-Qur’an [QS Ali ’Imran (3) : 145] :  Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya. Barang siapa menghendaki pahala dunia, niscaya Kami berikan kepadanya pahala dunia itu, dan barang siapa menghendaki pahala akhirat, Kami berikan (pula) kepadanya pahala akhirat itu. Dan kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.” Bidang medis atau kedokteran mengkategorikan kematian, dikaitkan a.l dengan fungsi organ vital tubuh yang mengatur pernafasan. Selama nafas dikandung badan, sebagai ikhwal yang bersangkutan masih hidup, masih bernyawa.

Kapan kontrak kita sebagai hamba-Nya berakhir di muka bumi. Kita simak lebih lanjut uraian di Al-Qur’an [QS Al An’aam (6) : 2] :  “Dialah Yang menciptakan kamu dari tanah, sesudah itu ditentukannya ajal (kematianmu), dan ada lagi suatu ajal yang ada pada sisi-Nya (yang Dia sendirilah mengetahuinya), kemudian kamu masih ragu-ragu (tentang berbangkit itu).” Kematian seseorang bisa individual, secara massal saat ada bencana atau sedunia saat kiamat atau hari akhir tiba.

Apakah jatah usia manusia sudah pasti. Berawal di Al-Qur’an [QS Faathir (35) : 11] : “Dan Allah menciptakan kamu dari tanah kemudian dari air mani, kemudian Dia menjadikan kamu berpasangan (laki-laki dan perempuan). Dan tidak ada seorang perempuanpun mengandung dan tidak (pula) melahirkan melainkan dengan sepengetahuan-Nya. Dan sekali-kali tidak dipanjangkan umur seorang yang berumur panjang dan tidak pula dikurangi umurnya, melainkan (sudah ditetapkan) dalam Kitab (Lauh Mahfuzh). Sesungguhnya yang demikian itu bagi Allah adalah mudah.” Riwayat lain menjelaskan bahwa silaturahmi dapat memperpanjang usia manusia. Sifat Allah, terlebih hak prerogatif terhadap hamba-Nya, sebagai hal yang serba mungkin atas batas usia manusia.

Kapan, dimana, bilamana kita akan kembali kepada Allah. Penjelasan di Al-Qur’an [QS Luqman (31) : 34] : “Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat; dan Dia-lah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”  Tidak hanya kematian yang menjadi isteri hidup, bahkan apa atau manusia itu tidak dapat mengetahui dengan pasti apa yang akan diusahakannya besok atau yang akan diperolehnya, namun demikian mereka diwajibkan berusaha.

Jadi, usaha apa yang akan kita lakukan agar usia kita tidak mendadak putus kontrak oleh Allah. Yang penting, terlebih kita tidak tahu ada apa dengan besok, kita mengacu hadits agar kita berbuat untuk urusan akhirat seolah kita mati esok pagi. Sekaligus, menikmati atau berbuat untuk urusan atau nikmat dunia, seakan-akan kita hidup selama mungkin. [HaeN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar