memanfaatkan sisa waktu dan cadangan usia
Angka Harapan Hidup
(AHH) adalah rata-rata perkiraan banyak tahun yang dapat ditempuh seseorang
selama hidup. Bisa juga diartikan sebagai umur yang mungkin dicapai seseorang
yang lahir pada tahun tertentu. Ada juga pihak yang mengartikan AHH dengan
penjabaran pada suatu umur x adalah rata-rata tahun hidup yang masih
akan dijalani oleh seseorang yang telah berhasil mencapai umur x, pada suatu
tahun tertentu, dalam situasi mortalitas yang berlaku di lingkungan
masyarakatnya.
Orang tuanya, ibu
bapaknya bisa berumur panjang, apakah anaknya juga akan berhal demikian. Pada suatu
daerah, usia penduduknya bisa jauh di atas rata-rata usia hidup. Segala fakta
atau kasus tentang umur manusia tidak bisa diambil kesimpulan atau benang
merahnya. Semua manusia maupun mahkluk yang bernyawa akan menemui batas
umurnya.
Memahami seberapa lama
usia manusia, kita coba simak penjelasan di
Al-Qur’an [QS Ali ’Imran (3) : 145] : “Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan
izin Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya. Barang siapa
menghendaki pahala dunia, niscaya Kami berikan kepadanya pahala dunia itu, dan
barang siapa menghendaki pahala akhirat, Kami berikan (pula) kepadanya pahala
akhirat itu. Dan kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.” Bidang medis atau kedokteran mengkategorikan kematian,
dikaitkan a.l dengan fungsi organ vital tubuh yang mengatur pernafasan. Selama nafas
dikandung badan, sebagai ikhwal yang bersangkutan masih hidup, masih bernyawa.
Kapan kontrak kita sebagai hamba-Nya berakhir di muka bumi. Kita simak
lebih lanjut uraian di
Al-Qur’an [QS Al An’aam (6) : 2] : “Dialah Yang menciptakan kamu dari tanah, sesudah itu
ditentukannya ajal (kematianmu), dan ada lagi suatu ajal yang ada pada sisi-Nya
(yang Dia sendirilah mengetahuinya), kemudian kamu masih ragu-ragu (tentang
berbangkit itu).” Kematian seseorang bisa individual, secara massal saat ada bencana atau
sedunia saat kiamat atau hari akhir tiba.
Apakah jatah usia manusia sudah pasti. Berawal di Al-Qur’an [QS Faathir (35) :
11] : “Dan Allah menciptakan kamu dari tanah kemudian dari air mani, kemudian Dia
menjadikan kamu berpasangan (laki-laki dan perempuan). Dan tidak ada seorang
perempuanpun mengandung dan tidak (pula) melahirkan melainkan dengan
sepengetahuan-Nya. Dan sekali-kali tidak dipanjangkan umur seorang yang berumur
panjang dan tidak pula dikurangi umurnya, melainkan (sudah ditetapkan) dalam
Kitab (Lauh Mahfuzh). Sesungguhnya yang demikian itu bagi Allah adalah mudah.” Riwayat lain menjelaskan bahwa silaturahmi dapat
memperpanjang usia manusia. Sifat Allah, terlebih hak prerogatif terhadap
hamba-Nya, sebagai hal yang serba mungkin atas batas usia manusia.
Kapan, dimana, bilamana kita akan kembali kepada Allah. Penjelasan di Al-Qur’an [QS Luqman (31) :
34] : “Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah
pengetahuan tentang Hari Kiamat; dan Dia-lah Yang menurunkan hujan, dan
mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui
(dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorangpun yang
dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui
lagi Maha Mengenal.” Tidak hanya
kematian yang menjadi isteri hidup, bahkan apa atau manusia itu tidak dapat
mengetahui dengan pasti apa yang akan diusahakannya besok atau yang akan
diperolehnya, namun demikian mereka diwajibkan berusaha.
Jadi,
usaha apa yang akan kita lakukan agar usia kita tidak mendadak putus kontrak
oleh Allah. Yang penting, terlebih kita tidak tahu ada apa dengan besok, kita
mengacu hadits agar kita berbuat untuk urusan akhirat seolah kita mati esok
pagi. Sekaligus, menikmati atau berbuat untuk urusan atau nikmat dunia, seakan-akan
kita hidup selama mungkin. [HaeN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar