Halaman

Rabu, 27 Juli 2016

diléma DKI Jakarta, miskin susun vs kaya tingkat



diléma DKI Jakarta, miskin susun vs kaya tingkat

Jakarta sebagai ibukota negara sarat dengan daya tarik, khususnya daya tarik politik dan daya tarik ekonomi. Status sosial, strata ekonomi, kasta politik menjadi faktor pembeda penduduk Jakarta atau masyarakat penghuninya.

Masyarakat miskin tidak hanya ditentukan oleh pekerjaan, mata pencaharian, penghasilan, tetapi juga klasifikasi tempat tinggalnya. Mereka menghuni rumah liar, kampung kumuh, perumahan kumuh, bantaran sungai, rel kereta api, kolong jembatan layang serta mendayagunakan lahan tak bertuan.

Maraknya masyarakat miskin sebagai efek domino dari kebijakan pemprov  DKI Jakarta yang mengutamakan serta memberi peluang dan tempat bagi kelompok masyarakat menengah-atas. Muncul kawasan eksklusif, kawasan khusus, apartemen mewah, kawasan reklamasi.

Kepedulian pemprov  DKI Jakarta terhadap masyarakat miskin, khususnya korban gusuran, korban bencana alam dan kebakaran, korban pembebasan tanah untuk kepentingan umum, mereka ditampung di rumah susun.

Lengkap sudahlah citra DKI Jakarta, ada yang bertempat tinggal di istana negara (presiden) sampai ada yang hidup 24 jam di gerobag. Ada pihak yang bingung “membuang” uang, ada pihak yang bingung mendulang rupiah demi rupiah. Kuburan pun ada yang berlapis sampai ada yang bak taman surga.[HaeN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar