berdiri
sejak Indonesia bangkit
Modal pergerakan rakyat Indonesia identik, sejajar
maupun produk sampingan dari tindasan penjajahan oleh bangsa lain. Akumulasi,
klimaks kebangkitan anak bangsa dengan diproklamirkannya kemerdekaan Indonesia
pada tanggal 17 Agustus 1945.
Teritorial tempat tinggal rakyat Indonesia sangat
beragam, mulai dari pinggiran pantai atau pesisir, pedalaman, pegunungan maupun
hutan menjadikan keanekaragaman karakter dan potensi jiwa raga. Sifat rakyat
yang terkadang terstigma wong udik, wong cilik atau dianggap sebagai pemanut
sampai ada yang mampu tampil di pentas nasional dengan masih kental
keluguannya.
Bom waktu penjajah bangsa barat yang tidak ada
batas antara haram dan halal, dalam ukuran standar kemanusiaan atau hubungan
antar manusia, terasa sampai sekarang. Tradisi yang menyatu dengan alam, mulai
terkikis ketika sebagian anak manusia bisa menyulap alam menjadi kekayaan
pribadi. Kerusakan lingkungan mulai masuk peradaban bangsa diperkuat dengan
dalih pembangunan seutuhnya.
Aspek politik warisan penjajah Belanda berupa
politik adu domba, telah dimodofikasi dengan sistem kanibal, lahir bentuk
demokrasi di tangan penguasa. Dalam skala tertentu, bangsa Indonesia yang hanya
siap mendirikan partai politik menghasilkan bentuk penjajahan oleh bangsa
sendiri selama lima tahun. Minimal, pihak yang kalah suara dalam pesta
demokrasi, menjadikan bangsa dan negara sebagai arena adu kekuatan ideologis. Kutukan
politik berupa kekuasaan bisa diwariskan, yang jelas-jelas bertolak belakang
dengan demokrasi ala rakyat Indonesia, menjadikan bangsa ini bangkit
berkali-kali. [HaeN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar