pantang menyerah sebelum berserah diri
Jika kuberangkat ke masjid, niat subuh berjamaah, sering
kutemui pemulung lebih dahulu beraktivitas. Malam harinya, bak sampah warga di
kompleks sudah diacak-acak anjing, kucing, tikus untuk diambil makanan sisa
manuia. Barang buangan ternyata di tangan pemulung bisa jadi rezeki. Kata pak
satpam RT, pemulung bisa datang dari “jauh”.
Sebetulnya terjadi kesalahan persepsi makna hidup sehat
dan cinta lingkungan, karena sampah organis tidak dimasukan ke lubang sampah.
Maklum, halaman rumah yang tersisa ditutup dengan pengerasan, agar tidak becek
jika hujan. Padahal, tanah persil diharapkan sebagai penampung, penadah langsung
air hujan. Tanah pekarangan bisa direkayasa menjadi multimanfaat, multiguna. Ironisnya,
kadar kepedulian lingkungan terbukti saat got depan rumah mampet. Bukannya dengan
sadar bersihkan got, malah diskusi menyalahkan pemerintah yang membuat got.
Kembali ke judul, jangan berpikir jauh kapan pemulung
yang keluar sebelum subuh untuk menegakkan sholat subuh. Hidup ini
masing-masing hamba Allah mempunyai peran dan peranan yang terkadang tidak bisa
saling megganggu-gugat. Selain pemulung, tak sengaja liwat rumah yang di
dapurnya sudah terdengar suara kesibukkan, atau ada yang sedang menyirami
halaman rumah, atau menyapu jalan depan rumahnya. Tak sedikit anak sekolah yang
berangkat masih belum terang tanah.
Sebelum fajar berkibar, sebelum burung berkicau, banyak
anak manusia sudah mulai bangun dengan berbagai motivasi. Disinilah letak seni
hidup. Ada yang mengawali hidup hari ini dengan berserah diri, niat terjun ke
jalan, ke masyarakat menjemput rezeki-Nya. Sisanya, terbiasa dengan kegiatan rutin,
tipikal, otomatis dari pagi hari hingga pagi hari berikutnya. Atau memang
itulah hidup, kita terbelenggu dengan kebiasaan yang serba otomatis, tidak
perlu pikir panjang. Yang menjadi
patokan atau terminal kehidupan ketika jelang akhir pekan. Yang mengakibatkan
daya pikir berpacu ketika jelang tanggal tua. Yang menjadi pengingat diri
ketika ada anggota keluarga yang sakit. Atau ketika kita sakit, betapa
berharganya pemanfaatan waktu yang tidak sekedar urus urusan dunia saja. Yang “di
atas” harus kita ingat dan kita urus. [HaeN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar