pasca era mégatéga, pulihkan mental generasi pewaris
masa depan
Benang merah antara budaya
peninggalan penjajah Belanda dengan budaya yang masih dilestarikan secara
politis oleh anak bangsa adalah budaya 5M (baca mo limo). Masyarakat Jawa
memahami dampak, efek, ekses dari perbuatan 5M. Satu M saja sudah bikin puyeng,
bisa rusak satu generasi, apalagi kalau 5M
terjadi secara formal, legal dan konstitusional.
Apa saja yang disebut 5M, kita sebaiknya mengetahui untuk
menghindarinya. Urutannya tidak baku, karena semua M mempunyai posisi yang sama
sebagai sumber atau pemacu dan pemicu berbagai tindak kejahatan. Bahkan antara
5M bisa saling terkait, terikat, seolah bekerja sama, bersinergi.
M pertama adalah Minum.
Minuman halal pun bisa berdampak pada kesehatan, jiwa raga, jika dikonsumsi di
luar takaran. Apalagi minuman yang kandungan senyawa kimiawinya, misal alcohol,
menyebabkan peminumnya secara perlahan menanggalkan dan meninggalkan nilai
kemanusiaan. Menenggak miras impor bermerk, demi gaya hidup, gaul dan gengsi. Kreativitas
anak bangsa, di pelosok Nusantara, ahli mengoplos minuman keras. Berakhir maut
merenggut, menjemput satu-satunya nyawa yang dipunyai. Menegak miras, di daerah
tertentu bisa sebagai tradisi.
M kedua adalah Maling.
Produk turunan tindak maling di era Reformasi adalah perampok uang negara.
Pelaku tindak pidana korupsi (tipikor) jelas tidak akan mengincar jemuran
tetangga, tidak akan melirik uang receh di saku orang. Korupsi merusak satu
generasi dan masa depan bangsa dan negara sudah digadaikan. Korupsi dilakukan
secara sistematis, koordinatif dan kolektif kolegial. Semakin tinggi ilmu
pelakunya, semakin rendah hukumannya. Semakin lihai adu mulut, main watak,
pasal hukum buatan manusia bisa dimanipulir. Memasuki belantara korupsi harus
secara total. Apakah tipikor sebagai produk utama, produk unggulan atau produk
sampingan kebijakan partai. Sejarah yang membuktikan.
M ketiga adalah Main.
Dengan kartu seolah bisa kaya mendadak. Dengan kursi (lambang kekuasaan formal)
bisa kaya tujuh turunan. Menguber kursi legislatif dan eksekutif perlu modal.
Banyak penggemar berjudi dengan nasib, mulai meminang kendaraan politik, sampai
menimang untung rugi. Jual janji program kerja harus diimbangi dengan politik
uang. Judi mencapai klimaksnya saat kampanye pesta demokrasi lima tahunan.
M keempat adalah Madat.
Virus perusak moral semakin canggih. Manusia tidak perlu dijajah langsung,
cukup dengan mengendalikan alam sadarnya dengan ramuan dan racikan setan.
Narkoba atau apa pun sebutannya, menjadi solusi jitu untuk mempertahankan
penampilan, berani tampil beda, menjaga imej. Teror narkoba bersifat dilematis
dan dikotomis bagi pemerintah. Negara pemasok dalam ukuran menit bisa mengeruk
keuntungan finansial. NKRI sebagai negara hukum, menempatkan bandar narkoba
sebagai tamu terhormat di penjara. Doeloe, rakyat dibius penjajah Belanda
dengan menghisap candu. Istilah Jawa : nyeret.
Benda ‘candu. Menjadi dan memperkaya kosa kata. Misal, kecanduan sama dengan
ketagihan. Memang penghisap candu akan selalu ketagihan untuk menghisap lagi.
M kelima adalah Madon.
Artinya main perempuan. Emansipasi yang kebablasan berakibat pergaulan bebas. Pelakunya
tanpa batas gender, usia dan teritorial. Serbuan budaya mancanegara ditelan
mentah-mentah, tanpa dipilah dan dipilih. Budaya instan, modal minim ingin
segera meraih sukses dunia atau mimpi tampil di layar putih. Berangan,
berkhayal, berfantasi muncul di layar kaca atau bisa manggung, menambah panjang
daftar skandal seks sekaligus menyuburkan perilaku menghalalkan seks bebas. Madon
bersifat universal dengan maraknya LGBT.
Bayangkan, 24 jam dalam sehari semalam, tayangan media
kaca, diperkuat ujaran penistaan tayang bebas di media massa dengan variannya,
mau tak mau anak dlam kandungan sudah terkontaminasi secara sistetamtis.
Bangsa Indonesia semakin kehilangan panutan formal. Yang tampil,
antara penyelenggara negara yang terhormat, bermartabat dengan penjahat klas kampung
tidak ada bedanya. Sama-sama umbar kebencian dan kebodohan yang mendalam. Kalau
pak RT bisa jadi tokoh dalam sinetron, film animasi atau bentuk tayangan lain, dengan keluguan, kekonyolan, maka jangan heran
di Indonesia ini, yang mantan pun bisa bertingkah aneh-aneh. Apalagi kalau
merasa kursinya direbut lawan politik.
Ternyata, gerakan 5M masih belum berakhir . . . [HaeN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar