Halaman

Selasa, 24 Januari 2017

ahli endus sas-sus, pungli di pelupuk mata vs pemulung di seberang lautan



ahli endus sas-sus, pungli di pelupuk mata vs pemulung di seberang lautan

Bahwa aneka jenis sampah dapat dikurangi, digunakan kembali dan atau didaur ulang; atau yang sering dikenal dengan istilah 3R (Reduce, Reuse, Recycle). Kiat dan tips ini sebenarnya bukan barang baru, karena sudah membudaya di negara maju dan berhasil meningkatkan efisiensi pengelolaan sampah yang signifikan. Pengelolaan Sampah di Indonesia sudah diatur lewat UU 18/2008.

Tukang pungut sampah, mulai dari petugas resmi pemerintah kabupaten dan atau pemerintah kota sampai pemulung, sangat membantu saat angkut sampah rumah tangga yang siap di bak sampah rumah tangga. Sampah non organik menjadi bidang garap para pemulung yang mempunyai pangkalan, kantor bahkan kerajaan.

Pemulung memang bukan petugas resmi pemerintah. Kendati tugas utama mereka sekedar memungut sampah non organik atau barang bekas berkualitas, untuk dijadikan semacam PNBP. Bagaimana ceritanya kawan. Saingan pemulung di bak sampah adalah kucing, tikus. Sesama pemulung tidak bersaing, karena masing-masing partai politik sampah sudah mempunyai daerah pilihan operasi dan jam kerja.

Ternyata, pekerjaan berbasis sampah merupakan pekerjaan basah, mau tak mau mengundang kepedulian aparat keamanan. Bagaimana agar armada angkutan sampah aman beroperasi sampai ke lokasi TPS, TPS 3R, TPST dan maupun TPA.

Masalah mulai muncul jika suatu daerah, terlebih tingkat provinsi, tidak punya lokasi tempat buang sampah. Sewa lahan di daerah tetangga. Kondisi ini memacu dan memicu laku pungutan liar. Bagi oknum petugas pajak resmi yang beroperasi liar, melihat pergerakan armada sampah adalah pergerakan rupiah. Petugas keamanan jalan dan pengatur lancarnya lalu lintas, tidak tinggal diam. Kelompok pegiat lokal, merasa berhak atas berkah sampah.

Walhasil pungli di pelupuk mata menjadi menu sehari-hari, atas sepengetahuan atau kebijakan pimpinan, bukan masalah. Karena pihak yang dirugikan tidak pernah protes. Karena semakin protes semakin proses dipersulit. Ironisnya, pemulung di seberang lautan yang berpotensi akan mengacak-acak keamanan bak sampah dalam negeri, sejak dini sudah dimatikan di tempat. Sebelum mereka bertindak dan beraksi nyata. Kalau perlu sarang pemulung digrebek besar-besaran bak mengusir penjajah Belanda, Jepang, Sekutu.

Inikah negara multisampah? [HaeN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar