peselancar di
dunia maya vs cikal bakal generasi tunaadab
Pemerintah tampak adem-ayem.
Skenario sudah meluncur mulus, sesuai rencana, tinggal main kendali. Atau ada
skenario yang lebih besar menjadi sasaran tembak dan target utama. Kalau suasana
tentram, aman dan nyaman maka ada pihak terpaksa duduk manis, berpangku tangan.
Mulut jadi asam. Asap dapur terganggu.
Pemerintah menyediakan ajang palagan berupa media maya. Perang
tanding antara pihak penjilat pemerintah melawan pihak penghujat pemerintah,
malah pemerintah diuntungkan. Dinamika berbasis “berbalas pantun” tersebut
masih dalam koordinasi, kendali, kontrol penguasa. Ajang laga diposisikan sebagai barometer untuk
menentukan strategi dan langkah menuju periode 2019.
Bukan berarti pemerintah menyepelekan masalah sepele
menyangkut pernik-pernik kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Seperti
layaknya kepala daerah yang tidak mau korupsi APBD, yang sepertinya recehan
bagi ybs. Namun, ybs sudah dapat bonus khusus dari bandar politik berskala
non-lokal. Jika berhasil menggoalkan suatu pasal, program/kegiatan maka
imbalannya lebih besar daripada hasil korupsi. Disertai rasa aman, dijamin sah
dan legal. Kalau perlu bisa maju dan melaju ke periode selanjutnya. Atau meningkat.
Wajar jika ada segelintir anak bangsa terkesima dengan
kemajuan TIK. Kondisi dan iklim bangsa sangat mendukung untuk bekerja bebas
maupun bebas kerja. Merealisasi konsep masyarakat ekonomi ASEAN, persaingan
internal klas pekerja tertentu sebagai peran peradaban.
Anak bangsa mengacu, merujuk dan melihat tingkah laku
para penguasa, mulai tingkat kabupaten/kota sampai skala nasional, menjadikan idealisme
dan jati diri terabaikan. Kalau tidak sekarang memanfaatkan peluang plus
kesempatan emas, kapan lagi. Persoalan masa depan, urusan nanti sambil jalan. Manfaatkan
waktu selama satu periode untuk bekal seumur hidup. [HaeN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar