Halaman

Senin, 09 Januari 2017

peselancar di dunia maya vs cikal bakal generasi tunaadab



peselancar di dunia maya vs cikal bakal generasi tunaadab

Pemerintah tampak adem-ayem. Skenario sudah meluncur mulus, sesuai rencana, tinggal main kendali. Atau ada skenario yang lebih besar menjadi sasaran tembak dan target utama. Kalau suasana tentram, aman dan nyaman maka ada pihak terpaksa duduk manis, berpangku tangan. Mulut jadi asam. Asap dapur terganggu.

Pemerintah menyediakan ajang palagan berupa media maya. Perang tanding antara pihak penjilat pemerintah melawan pihak penghujat pemerintah, malah pemerintah diuntungkan. Dinamika berbasis “berbalas pantun” tersebut masih dalam koordinasi, kendali, kontrol penguasa.  Ajang laga diposisikan sebagai barometer untuk menentukan strategi dan langkah menuju periode 2019.

Bukan berarti pemerintah menyepelekan masalah sepele menyangkut pernik-pernik kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Seperti layaknya kepala daerah yang tidak mau korupsi APBD, yang sepertinya recehan bagi ybs. Namun, ybs sudah dapat bonus khusus dari bandar politik berskala non-lokal. Jika berhasil menggoalkan suatu pasal, program/kegiatan maka imbalannya lebih besar daripada hasil korupsi. Disertai rasa aman, dijamin sah dan legal. Kalau perlu bisa maju dan melaju ke periode selanjutnya. Atau meningkat.

Wajar jika ada segelintir anak bangsa terkesima dengan kemajuan TIK. Kondisi dan iklim bangsa sangat mendukung untuk bekerja bebas maupun bebas kerja. Merealisasi konsep masyarakat ekonomi ASEAN, persaingan internal klas pekerja tertentu sebagai peran peradaban.

Anak bangsa mengacu, merujuk dan melihat tingkah laku para penguasa, mulai tingkat kabupaten/kota sampai skala nasional, menjadikan idealisme dan jati diri terabaikan. Kalau tidak sekarang memanfaatkan peluang plus kesempatan emas, kapan lagi. Persoalan masa depan, urusan nanti sambil jalan. Manfaatkan waktu selama satu periode untuk bekal seumur hidup. [HaeN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar