Halaman

Sabtu, 28 Januari 2017

Gonjang-Ganjing Kampus, Barometer Stabilitas Nasional vs Tolok Ukur Kematangan Jiwa



Gonjang-Ganjing Kampus, Barometer Stabilitas Nasional vs Tolok Ukur Kematangan Jiwa

Mengacu perspektif psikologi perkembangan, maka batasan usia mahasiswa, ternyata baru beranjak dari batasan usia anak-anak di bawah umur, memasuki kelompok usia pemuda (18-65 tahun, WHO). Secara yuridis dianggap dewasa. Ditengarai memenuhi syarat mempunyai KTP, mencari SIM; sebagai pemilih pada pemilu, dll.

Sebagai peserta didik pada jenjang perguruan tinggi, maka seorang mahasiswa mengalami proses pematangan potensi diri fisik dan potensi diri psikis. Asupan ilmu pengetahuan, lebih ke arah menumbuhkembangkan potensi diri psikis. Agaknya, selama ini seolah hanya fokus pada Intelegent Quotient (IQ) atau kecerdasan intelektual.

Selain menggali potensi IQ, diharapkan secara sinergi juga mematangkan Emosi Quottient (EQ) atau kecerdasan emosi, Adversity quotient (AQ) Atau kecerdasan dalam menghdapi kesulitan, Spiritual Quotient (SQ) atau kecerdasan spiritual.

Sedangkan potensi diri fisik, seolah dibiarkan perkembangan sebagai hak individu. Sebagai produk atau olahan sampingan dari menumbuhkembangkan potensi diri psikis. Idealnya berjalan paralel.

Mengingat biaya pendidikan, mau tak mau mahasiswa dituntut untuk tepat waktu. Praktik Tridharma (pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat) serta asas lulusan yang siap pakai, siap kerja, menjadi beban psikologi mahasiswa. Latar belakang mahasiswa yang sangat heterogen, menjadikan dinamika kehidupan kampus.

Gonjang-ganjing kampus memang tidak bisa lepas, steril, netral dari gejolak pemerintah sebagai penentu kebijakan pendidikan tinggi.. Bisa juga karena ada konflik internal. Rasa superioritas antar jurusan, antar fakultas atau antar kegiatan organisasi kemahasiswaan. Apakan derajat keilmuan mahasiswa berbanding lurus dengan kematangan jiwanya, menarik untuk dikaji.

Kepedulian kampus terhadap perkembangan kondisi pemerintah menyebabkan kampus bisa sebagai barometer stabilitas negara. Sejarah membuktikan, kegerahan politik akibat ulah penyelenggara negara yang sudah tidak lagi amanah, bisa menyebabkan kampus turun tangan, turun ke jalan.

Jangan lupa, manuver ideologi dan politik praktis yang menyambangi kampus, menjadikan kondisi kampus tidak seperti dulu lagi.  [HaeN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar