Halaman

Sabtu, 14 Januari 2017

diam dan senyumnya abang sol sepatu



diam dan senyumnya abang sol sepatu

Daya kreatif dan imajinatif yang menjadikan anak bangsa ini berkemajuan. Terjadi pada abang sol sepatu di perumahan tempat tinggal saya. Ditunjang kesederhanaan tampilan, murah senyum tanpa kata. Bayangkan, abang sol sepatu berkeliling menyelusuri jalanan di kompleks, tanpa teriak jajakan jasa.

 Umumnya abang sol sepatu memakai pikulan, sambil jalan memukul kotak atau teriak dengan irama : “sool sepatu”. Pikulan nyaris standar, tipikal. Abang sol sepatu agaknya dari etnis tertentu. Terlihat dari logat maupun busana kerjanya.

Memakai gerobang dorong empat roda. Kotak ada rak dengan pintu. Paling atas untuk tempat sepatu yang dijual, atau pesanan pelanggan yang belum diambil. Si abang, selain kreatif memakai gerobag dorong, juga mem-vermak sepatu bekas menjadi layak pakai lagi. Pikulan dia juga punya, dipakai kalau jarak jauh atau keluar kompleks.

Topi laken hitam menjadi ciri penampilannya. Tubuh yang agak kurus tinggi, sebagai cira khas fisiknya. Ini mungkin yang menjadi pertanda, karena jika lewat depan rumah, topinya kelihatan berjalan sendiri.

Walau tanpa teriak, ada saja pelanggan yang tahu kalau lewat. Seperti yang saya sampaikan di atas. Dia ada di mana-mana. Bisa ikut ngrumpi di pangkalan tuakng ojek. Atau sesekali sibuk merapikan halaman rumah warga. Memang rezeki tak akan kemana-mana tetapi tetap harus diuber, bahkan sejak dini hari.

Jika kita berpapasan, abang sol sepatu cuma tersenyum saja. Warga menggerombol di pinggir jalan, dia datang, diam. Ikut mendengarkan obrolan. Sesekali ada warga yang menawari rokok.

Namanya rezeki kawan, jika dia sedang sibuk dapat order dari warga, tanpa diundang warga yang lain datang menenteng sepatu sandal yang perlu direparasi. Jumpa dengan sesame abang sol sepatu, terjadilah dialog di pinggir jalan. Pas ada tukang bakso, menjadi ajang makan bareng. [HaeN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar