diam
dan senyumnya abang sol sepatu
Daya kreatif dan imajinatif yang menjadikan anak
bangsa ini berkemajuan. Terjadi pada abang sol sepatu di perumahan tempat
tinggal saya. Ditunjang kesederhanaan tampilan, murah senyum tanpa kata. Bayangkan,
abang sol sepatu berkeliling menyelusuri jalanan di kompleks, tanpa teriak
jajakan jasa.
Umumnya abang
sol sepatu memakai pikulan, sambil jalan memukul kotak atau teriak dengan irama
: “sool sepatu”. Pikulan nyaris standar, tipikal. Abang sol sepatu agaknya dari
etnis tertentu. Terlihat dari logat maupun busana kerjanya.
Memakai gerobang dorong empat roda. Kotak ada rak
dengan pintu. Paling atas untuk tempat sepatu yang dijual, atau pesanan
pelanggan yang belum diambil. Si abang, selain kreatif memakai gerobag dorong,
juga mem-vermak sepatu bekas menjadi
layak pakai lagi. Pikulan dia juga punya, dipakai kalau jarak jauh atau keluar
kompleks.
Topi laken hitam menjadi ciri penampilannya. Tubuh yang
agak kurus tinggi, sebagai cira khas fisiknya. Ini mungkin yang menjadi
pertanda, karena jika lewat depan rumah, topinya kelihatan berjalan sendiri.
Walau tanpa teriak, ada saja pelanggan yang tahu
kalau lewat. Seperti yang saya sampaikan di atas. Dia ada di mana-mana. Bisa ikut
ngrumpi di pangkalan tuakng ojek. Atau sesekali sibuk merapikan halaman rumah
warga. Memang rezeki tak akan kemana-mana tetapi tetap harus diuber, bahkan
sejak dini hari.
Jika kita berpapasan, abang sol sepatu cuma tersenyum
saja. Warga menggerombol di pinggir jalan, dia datang, diam. Ikut mendengarkan
obrolan. Sesekali ada warga yang menawari rokok.
Namanya rezeki kawan, jika dia sedang sibuk dapat
order dari warga, tanpa diundang warga yang lain datang menenteng sepatu sandal
yang perlu direparasi. Jumpa dengan sesame abang sol sepatu, terjadilah dialog
di pinggir jalan. Pas ada tukang bakso, menjadi ajang makan bareng. [HaeN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar