Halaman

Minggu, 29 Januari 2017

menakar dan menalar efek domino politik transaksional 2014-2019



menakar dan menalar efek domino politik transaksional 2014-2019

Betul, politik transaksional adalah modus partai politik di pesta demokrasi lima tahunan. Transaksi atau jual beli, tawar menawar, dengan asas yang menjual tidak mau rugi dan yang membeli tidak mau tertipu. Membentuk kesepakatan yang tidak sepakat bulat, mengambang, sesuai perkembangan dan tuntutan zaman.

Ketika kepala daerah dan bahkan kepala negara dipilih langsung oleh rakyat, bukannya tanpa dampak. Kebebasan mendirikan partai politik yang semata untuk tujuan meraih kekuasaan secara kostitusional.

Praktik barter politik di negara multipartai NKRI menunjukkan serta mencapai puncak serakah politik di pilpres 2014. Sudah menjadi rahasia anak kemarin sore. Tidak layak, etis, elok untuk diperdebatkan.

Jujur saja, apa adanya menurut kacamata awam, semua gejolak politik sampai detik ini, kalau ditarik ke belakang, ternyata semakin terang-benderang ada politik di balik batu. Bukan kandidat capres dan cawapres yang bermain dan berlaga di lapangan. Tetapi ada pihak lain yang menentukan siapa yang akan main. Sederhana bukan. Bukan sekedar berkiblat, tetapi sudah ada tangan-tangan 3A (asing, aneh, ajaib) yang bermain di Nusantara. Tidak sekedar mengatur skore, tetapi sudah menentukan pemain.

Kalau mengacu kamus politik, entah versi mana, ujaran bahwa politik adalah kiat resmi meraih kekuasaan secara konstitusional. Diyakini memang perlu modal besar. Soal minim ide, gagasan untuk mensejahterakan bangsa, itu urusan nanti. Apalagi dengan rela hati melanjutkan pembangunan nasional yang belum optimal, yang sudah dilakukan oleh periode sebelumnya.

Bukti sederhana kalau pemerintah gemar bongkar pasang kebijakan, adalah adanya program/kegiatan yang sifat dadakan. Tidak mengakar pada RPJMN 2015-2019 atau yang dijabarkan dengan jargon Trisakti dan Nawacita serta dengan bumbu cita rasa revolusi mental. Antar oknum pembantu presiden saling unjuk gigi, pasang badan. Membuat kesibukan agar dilihat punya kinerja di atas rata-rata kawanan kabinet kerja. [HaeN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar