mesin politik dan
ketangguhan mental pengemban amanat
Semarak,
kemakmuran masjid tergantung jamaah. Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) lebih fokus
mengurus kegiatan agama dan keagamaan dengan memanfaatkan ruang dan fasilitas yang
ada di kompleks masjid. Kebutuhan dana dan anggaran mengandalkan zakat, amal,
sedekah jamaah, penduduk sekitar masjid an sumber keuangan lainnya.
Yayasan
secara de jure dan de facto mengoperasikan dan memelihara
kemanfaatan masjid agar tetap terjaga. Sumber keuangan yayasan termasuk a.l
pinjam dari DKM. Ketua DKM dipilih oleh Ketua RT dan perwakilan RT.
Mau tak
mau, ketua dan anggota DKM adalah sosok yang sudah akrab, familiar dengan
jamaah. Masjid di perumahan pada umumnya mempunyai jamaah lima waktu yang relatif
tetap. Yayasan masjid agaknya lebih kearah profesionalisme. Berurusan dengan
pihak luar, khususnya aparat daerah.
Antusias
jamaah sangat beraneka ragam. Ada yang datang, tahiyatul masjid, diam tafakur. Usai
salam sholat, bisa ikut doa mengikuti imam, bisa doa sendiri atau langsung
berdiri nalik badan. Kotak amal diesdaikan sesuai dengan peruntukkannya.cara
ini cukup efektif. Terbukti jika jelang sholat jum’at dibacakan masukan
keuangan.
Kegiataan
untuk jamaah antara lain majelis ilmu bakda subuh sabtu/ahad. Jamaah didominasi
kaum lanjut usia. Ada yang bilang jiping atau ngaji kuping. Mendengarkan uraian
ustad sambil bersandar di dinding masjid, mata setengah terpejam agar tampak
fokus menyimak.
Mau tak
mau, mesin masjid adalah para jamaah dan pengurus masjid. Masjid sejak zaman
rasulullah memang multifungsi, multimanfaat, multiguna.
Bayangkan
atau jangan bayangkan, keberadaan sebuah partai politik yang semata kejar kekuasaan,
bagaimana mesin politik yang ideal. Mencapai tujuan yang sama, tidak otomatis sesama
anggota partai saling mendukung, bersinerji. Persyaratan administrasi internal
partai bagi anggota yang mau berstatus sebagai kandidat, cukup menyesakkan
dada. Betapa kuasa sang pemilik utawa ketua umum parpol. Terlebih dengan
embel-embel mempunyai hak prerogatif serta sederet hak istimewa lainnya.
Jangan heran
kawan, “jamaah” parpol sangat beraneka ragam kepentingan. Ada yang “memakmurkan”
masjid karena yakin imbalannya menggiurkan. Ada yang menumpang “kemakmuran”
partai dengan mengorbankan harga diri dan jiwa raganya. Akankah basis ideologi
parpol berupa nasionalisme, patriotisme, cinta tanah air sebatas format dan
skala dunia, akan mampu mensejahterakan umat.[HaeN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar