Halaman

Minggu, 01 Januari 2017

setetes air saat dahaga vs korupsi segala saat kuasa



setetes air saat dahaga vs korupsi segala saat kuasa

Jika bangsa ini memandang waktu masa lampau, masa lalu, masa yang telah lewat sebagai pelajaran, evaluasi diri, mawas diri, muhasabah. Diutamakan kilas balik sejarah diri sendiri.Dipercantik dengan mengambil hikmah dan intisarinya, maka saat mengarungi waktu masa sekarang, akan lebih bijak dan arif.  Hindari watak membanggakan jasa nenek moyangnya masa lalu sekaligus jangan mengutuk kezaliman pemerintah yang telah tutup buku.

Lebih bijak dan arif lagi kawan, jika pemimpin bangsa atau panutan bangsa, mampu menjadi milik bangsa. Buah pikiran, hasil gagasan, saran idenya dapat dicerna semua elemen, unsur, komponen anak bangsa. Tidak usah pakai resep, rumusan, formula, naskah akademis dengan bahasa awang-awang agar tampak prestisius, berklas dan bisa untuk tepuk dada.

Lucunya bangsa ini, malah gemar mengulang tindakan, kesalahan dan dosa yang sama dengan sebelumnya. Entah skala harian sampai skala tahunan. Dalihnya, karena beda orang, tak ayal korupsi menjadi menu dan lagu wajib penyelenggara negara. Terkhusus mereka yang kawan partai. Semangat, jiwa otonomi daerah, menjadikan makar politik bisa diwariskan.

Pelaku tindak kriminal, bisa dikategorikan ada pemain lama, muka lama. Kalau di tipikor, selalu muncul wajah baru. Itupun yang bernasib sial, apes, malang, naas terkena OTT KPK. Jadi yang masih aman-aman saja atau masuk daftar antrian, incaran KPK, bisa lebih banyak. Begitu kawan. [HaeN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar