setetes air saat dahaga vs korupsi segala saat
kuasa
Jika bangsa ini memandang waktu masa lampau, masa lalu,
masa yang telah lewat sebagai pelajaran, evaluasi diri, mawas diri, muhasabah. Diutamakan
kilas balik sejarah diri sendiri.Dipercantik dengan mengambil hikmah dan
intisarinya, maka saat mengarungi waktu masa sekarang, akan lebih bijak dan
arif. Hindari watak membanggakan jasa
nenek moyangnya masa lalu sekaligus jangan mengutuk kezaliman pemerintah yang
telah tutup buku.
Lebih bijak dan arif lagi kawan, jika pemimpin bangsa
atau panutan bangsa, mampu menjadi milik bangsa. Buah pikiran, hasil gagasan, saran
idenya dapat dicerna semua elemen, unsur, komponen anak bangsa. Tidak usah
pakai resep, rumusan, formula, naskah akademis dengan bahasa awang-awang agar
tampak prestisius, berklas dan bisa untuk tepuk dada.
Lucunya bangsa ini, malah gemar mengulang tindakan,
kesalahan dan dosa yang sama dengan sebelumnya. Entah skala harian sampai skala
tahunan. Dalihnya, karena beda orang, tak ayal korupsi menjadi menu dan lagu
wajib penyelenggara negara. Terkhusus mereka yang kawan partai. Semangat, jiwa
otonomi daerah, menjadikan makar politik bisa diwariskan.
Pelaku tindak kriminal, bisa dikategorikan ada pemain
lama, muka lama. Kalau di tipikor, selalu muncul wajah baru. Itupun yang
bernasib sial, apes, malang, naas terkena OTT KPK. Jadi yang masih aman-aman
saja atau masuk daftar antrian, incaran KPK, bisa lebih banyak. Begitu kawan. [HaeN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar