Memanfaatkan
Sisa Waktu dan Cadangan Usia
Ketika kita sebagai manusia memasuki tahap akil balik, tentunya dengan ciri
sudah berakal dan cukup umur, dewasa. Batasan
usia akli balik, katakan secara umum berusia 15 tahun ke atas. Ditengarai sudah dapat
membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Akil balik terkait aspek
biologis. Batasan dewasa dikaitkan dengan aspek yuridis atau berdasarkan hukum
buatan manusia.
Umat Islam lewat kitab sucinya,
Al Qur’an, Allah telah menegaskan sehingga apabila anak
sejak dalam kandungan dan lahir, telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh
tahun. Lahir sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur- angsur) umat manusia
sampailah kepada kedewasaan, dan di antara umat manusia ada yang diwafatkan Di
antara umat manusia ada yang dikembalikan kepada umur yang paling lemah
(pikun), supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang pernah diketahuinya.
Di ayat
yang lain, tepatnya di dalam [QS Al Mu’min (40) : 67]
: “Dia-lah yang menciptakan kamu dari
tanah kemudian dari setetes mani, sesudah itu dari segumpal darah, kemudian
dilahirkannya kamu sebagai seorang anak, kemudian (kamu dibiarkan hidup) supaya
kamu sampai kepada masa (dewasa), kemudian (dibiarkan kamu hidup lagi) sampai
tua, di antara kamu ada yang diwafatkan sebelum itu. (Kami perbuat demikian)
supaya kamu sampai kepada ajal yang ditentukan dan supaya kamu memahami(nya).”
Masalahnya, akankan pertambahan
usia atau umur manusia paralel dengan perjalanan waktu sesuai peredaran
matahari maupun bulan. Ulang tahun manusia karena berdasarkan kalender masehi atau
tahun syamsiah. Jarang yang dihitung berdasarkan kalender hijrah atau tahun
qomariah.
Apakah waktu di kutub utara/kutub
selatan sama dengan waktu di daerah ekuator. Mengapa di belahan bumi tertentu,
ada manusia bisa berumur lebih dari satu abad. Atau penduduknya rata-rata bisa
di atas 90 (sembilan puluh) tahun.
Acuan seberapa umur yang bisa
dicapat oleh manusia , umat Islam mengacu pada usia Rasulullah SAW. Sekitar usia
63 tahun. Dalam beberapa hadist, Rasulullah SAW
bahwa umur umat Islam memang lebih pendek dibanding umat para Rasul/Nabi
sebelumnya. Rasulullah SAW bersabda, “umur
ummatku berkisar antara 60 hingga 70 tahun, dan sangat sedikit di antara mereka
yang mencapai usia itu.” (HR Turmudzi).
Makanya Allah menganugerahi umat
Islam dengan Lailatul Qadr. Al
Quran mulai diturunkan pada malam Lailatul
Qadr, yang nilainya lebih dari seribu bulan; para malaikat dan Jibril turun
ke dunia pada malam Lailatul Qadr
untuk mengatur segala urusan. Sepuluh hari terakhir
setiap bulan Ramadhan, terdapat malam istimewa, malam kemuliaan. Ironisnya, di sepuluh
hari terakhir bulan Ramadahan, umat Islam ada yang sibuk mempersiapkan tradisi
mudik atau menyiapkan segala sesuatu menyambut 1 Syawal sebagai hari raya
kemenangan. Tidak salah.
Jadi, bagiamana cara, tips,kiat, resep
untuk tidak terjebak pada jargon “panjang umur”. Kita simak betapa Rasulullah
SAW berdoa yang bermaksud : “Ya Allah,
aku berlindung kepada-Mu dari bahaya malas dan usia sangat tua”. (HR
Baihaqi).
Jelas kawan, pertama kali yang
harus kita lakukan adalah jangan sampai masuk atau terjebak rasa malas yang
ternyata sangat membahayakan kehidupan dan sisa hidup kita.
Setelah beranak cucu, atau
saatnya menjalani profesi “ternak teri” atau MC (momong cucu) seolah kita sudah
saatnya duduk manis, berpangku tangan. Memasuki masa purna bhakti, pensiun atau
PHK, memang sudah tidak mempunyai pekerjaan tetap. Tetapi tetap bekerja. Saat yang
tepat untuk lebih intensif menggarap ladiang akhirat, mencangkul langit. [HaeN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar