Halaman

Rabu, 25 Januari 2017

Memanfaatkan Sisa Waktu dan Cadangan Usia



Memanfaatkan Sisa Waktu dan Cadangan Usia

Ketika kita sebagai manusia memasuki tahap akil balik, tentunya dengan ciri sudah berakal dan cukup umur, dewasa.  Batasan usia akli balik, katakan secara umum berusia 15 tahun ke atas. Ditengarai sudah dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Akil balik terkait aspek biologis. Batasan dewasa dikaitkan dengan aspek yuridis atau berdasarkan hukum buatan manusia.

Umat Islam lewat kitab sucinya, Al Qur’an, Allah telah menegaskan sehingga apabila anak sejak dalam kandungan dan lahir, telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun. Lahir sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur- angsur) umat manusia sampailah kepada kedewasaan, dan di antara umat manusia ada yang diwafatkan Di antara umat manusia ada yang dikembalikan kepada umur yang paling lemah (pikun), supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang pernah diketahuinya.

Di ayat yang lain, tepatnya di dalam [QS Al Mu’min  (40) : 67] :  Dia-lah yang menciptakan kamu dari tanah kemudian dari setetes mani, sesudah itu dari segumpal darah, kemudian dilahirkannya kamu sebagai seorang anak, kemudian (kamu dibiarkan hidup) supaya kamu sampai kepada masa (dewasa), kemudian (dibiarkan kamu hidup lagi) sampai tua, di antara kamu ada yang diwafatkan sebelum itu. (Kami perbuat demikian) supaya kamu sampai kepada ajal yang ditentukan dan supaya kamu memahami(nya).”

Masalahnya, akankan pertambahan usia atau umur manusia paralel dengan perjalanan waktu sesuai peredaran matahari maupun bulan. Ulang tahun manusia karena berdasarkan kalender masehi atau tahun syamsiah. Jarang yang dihitung berdasarkan kalender hijrah atau tahun qomariah.

Apakah waktu di kutub utara/kutub selatan sama dengan waktu di daerah ekuator. Mengapa di belahan bumi tertentu, ada manusia bisa berumur lebih dari satu abad. Atau penduduknya rata-rata bisa di atas 90 (sembilan puluh) tahun.

Acuan seberapa umur yang bisa dicapat oleh manusia , umat Islam mengacu pada usia Rasulullah SAW. Sekitar usia 63 tahun. Dalam beberapa hadist, Rasulullah SAW  bahwa umur umat Islam memang lebih pendek dibanding umat para Rasul/Nabi sebelumnya. Rasulullah SAW  bersabda, “umur ummatku berkisar antara 60 hingga 70 tahun, dan sangat sedikit di antara mereka yang mencapai usia itu.” (HR Turmudzi).  

Makanya Allah menganugerahi umat Islam dengan Lailatul Qadr. Al Quran mulai diturunkan pada malam Lailatul Qadr, yang nilainya lebih dari seribu bulan; para malaikat dan Jibril turun ke dunia pada malam Lailatul Qadr untuk mengatur segala urusan. Sepuluh hari terakhir setiap bulan Ramadhan, terdapat malam istimewa, malam kemuliaan. Ironisnya, di sepuluh hari terakhir bulan Ramadahan, umat Islam ada yang sibuk mempersiapkan tradisi mudik atau menyiapkan segala sesuatu menyambut 1 Syawal sebagai hari raya kemenangan. Tidak salah.

Jadi, bagiamana cara, tips,kiat, resep untuk tidak terjebak pada jargon “panjang umur”. Kita simak betapa Rasulullah SAW berdoa yang bermaksud : “Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari bahaya malas dan usia sangat tua”. (HR Baihaqi).

Jelas kawan, pertama kali yang harus kita lakukan adalah jangan sampai masuk atau terjebak rasa malas yang ternyata sangat membahayakan kehidupan dan sisa hidup kita.

Setelah beranak cucu, atau saatnya menjalani profesi “ternak teri” atau MC (momong cucu) seolah kita sudah saatnya duduk manis, berpangku tangan. Memasuki masa purna bhakti, pensiun atau PHK, memang sudah tidak mempunyai pekerjaan tetap. Tetapi tetap bekerja. Saat yang tepat untuk lebih intensif menggarap ladiang akhirat, mencangkul langit. [HaeN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar