Halaman

Selasa, 03 Januari 2017

menjaring suara rakyat vs menyaring syahwat (calon) pejabat



menjaring suara rakyat vs menyaring syahwat (calon) pejabat

Bukan untuk membuktikan betapa negara multipartai, apapun bisa terjadi dan memang selalu terjadi. Nilai keadilan, kebenaran secara hakiki ditentukan oleh suara mayoritas. Jika tersisa anak bangsa - nafsu saja atau nafsu banget - mau-maunya jadi ketua umum parpol seumur hidup. Bukti otentik kalau parpol sebagai primadona kendaraan atau sarana untuk berbuat banyak bagi nusa dan bangsa Indonesia.

Percuma kalau petani seumur-umur cuma jadi petani. Tata niaga, atau semboyan ketersediaan pangan, sebagai perwujudan kebijakan pemerintah. Siapa yang merumuskan kebijakan pemerintah, kita tidak bisa tutup mata. Merupakan olah otak kawanan orang partai yang sedang berkuasa. Betapa posisi tawar petani semakin tawar. Pihak yang diuntungkan, termasuk yang bisa menentukan produk hukum apa yang perlu ditetapkan.

Petani yang didaulat sebagai tulang punggung negara, nasibnya jauh dibanding nasib yang mewakilinya. Apalagi yang memimpinnya secara skala daerah, bahkan nasional. Bahkan  bisa bertolak belakang. Karena petani tidak mengenyam pendidikan politik. [HaeN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar