Halaman

Senin, 23 Januari 2017

mengenal lebih benderang tabiat zalim diri sendiri



mengenal lebih benderang tabiat zalim diri sendiri

Manusia sesuai fitrahnya mempunyai watak sesuai jalur nabi Adam a.s dan ibu Hawa sebagai manusia langit. Karena dilahirkan di muka bumi, manusia sesuai perjalanan waktu, pergerakkan usia/umurnya mengalami proses yang menerus, kontinyu. Adaptasi dengan lingkungan berdampak pada pembentukan jiwa raga.

Dakwaan pertama penyebab tabiat watak, karakter dan sejenisnya ditujukan kepada/oleh faktor keturunan. Adalah faktor bawaan sejak lahir, efek pertemuan dan pertempuran dua golongan darah ayah ibunya, sudah dari sono-nya, yang turun temurun.

Terdakwa kedua adalah faktor ajar dan faktor panutan dalam keluarga, rumah tangga. Karena orang tualah anak bisa menjadi pemeluk agama atau sebaliknya. Tepat kalau didaulat rumah sebagai madrasah, sekolah pertama dan utama bagi anak. Ibu berperan sebagai guru yang berdaya guna dan berhasil guna.

Terdakwa ketiga adalah faktor lingkungan. Tetangga sekitar rumah memang bisa mempengaruhi pembentukan jati diri anak. Interaksi sosial anak dengan anak tetangga sebagai dunia luar keluarga yang pertama kali dikenal anak.

Terdakwa keempat dalam pembentukan dan penemuan hakikat hidup serta langkah besar merintis masa depan adalah dunia pendidikan. Disinilah yang namanya gaul, gaya hidup, gengsi sudah mulai bicara. Otak diolah pararel dengan pembinaan berbagai daya dan penggalian potensi diri.

Jadi, manusia seutuhnya dengan berbagai atributnya, bisa bebas keluar masuk zona negatif/minus, bergeser pilihan  ke zona abu-abu, atau menetap di zona positif/plus. Pasang surut, nilai fluktuatif tabiat zalim memang sangat kondisional. Itulah garis kehidupan.

 Ikhwal zalim  dijelaskan dalam Al-Qur’an [QS Al Ahzab (33) : 72] :  Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh,”

Bukan berarti manusia mengandung tabiat zalim sekaligus tabiat bodoh.

Sebelum melangkah jauh, dalam penulisan ini, saya ajak pembaca menyimak betapa malaikat sudah mensinyalir perilaku manusia. Kita buka dialog Allah dengan malaikat, tersurat di Al-Qur’an [QS Al Baqarah (2) : 30] :  Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui"."

Pengindraan malaikat atas ikwal orang yang akan membuat kerusakan di muka bumi, tidak meleset. Nyaris akurat. Penyebab zalim atau tindakan berbuat kerusakan di muka bumi disebabkan oleh dua faktor yang bertolak belakang. Faktor ketidaktahuan, kemiskinan, serba keterbelakangan menjadikan manusia atau orang memanfaatkan bumi tanpa ilmu. Sedangkan kebalikannya, karena merasa kuasa, kuat, kaya maka tak ayal lapisan demi lapisan bumi dimanfaatkan seoptimal mungkin. Kekayaan alam dikeruk, dikeduk secara total. Semuanya demi keuntungan yang bisa dilipat.

Apa itu zalim?

Kamus Bahasa indonesia, Pusat Bahasa, Depdiknas 2008, pada lema :
zalim             lalim
lalim              zalim

Kamus Tesaurus, Pusat Bahasa, Depdiknas 2008, pada lema :
zalim a aniaya, bengis, buas, kejam, lalim, sewenang-wenang;
ant baik

Kezaliman yang ada di diri sendiri, tidak berhenti begitu saja. Allah menegaskan, tersurat di Al-Qur’an [QS Yunus (10) : 44] :  Sesungguhnya Allah tidak berbuat zalim kepada manusia sedikitpun, akan tetapi manusia itulah yang berbuat zalim kepada diri mereka sendiri.” Kalau sudah begini, apa yang bisa kita bantah.

Ternyata, zalim bukan sekedar tabiat. Bahkan ada manusia zalim.

Kita sebagai manusia atau orang? Tega berbuat zalim kepada diri sendiri. Bagaimana cara, tips, kiat atau rumus, resep, ramuan yang dipakai. [HaeN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar