walau layak diduga, namun tetap tak pantas kau kupas tuntas
Penguasa
nusantara berkat dukungan model multipartai sejak zaman bahula. Sejak kuda
gigit besi. Sejak anak bangsa pribumi primitif
bau kursi. Malah membutuhkan kendali eksternal. Urusan dalam, tirani minoritas bak duri dalam daging. Penjajah
oleh bangsa sendiri kian menggurita. Parpol parlemen mengendalikan
jalannya demokrasi.
Penetapan
stigma petugas partai kian mengkokohkan stratifikasi tata pemerintahan,
strataisasi tata negara. Di atas RI-1 masih ada RI-0,5. Terinspirasi sebutan presiden partai komunis
china identik kepala negara. Akhirnya tanpa pernah berakhir. Penguasa nusantara
butuh ‘tuntutan dari atas’ alias ‘tuntas’. Bisa juga bentuk ‘tuntunan dari
atas’.
Frasa ‘atas
petunjuk bapak presiden’ di barisan kabinet saja tidak mengikat secara moral.
Ironis jika presiden “dibutuhkan” dengan segala atribut kewibawaan, hanya saat
pelantikan pejabat negara.
Benang bundet
saling mengendalikan. Trias politica berbasis asas saling jagal, saling
jegal, saling jugil. Sekutu
adalah pihak yang mampu menggandakan keuntungan. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar