demokrasi nusantara di bawah kendali parpol parlemen
Nusantara belum cukup umur, kurang
cakap jiwa mencetak partai politik yang beririsan dengan perjuangan bangsa dan negara. Ada tapi model
sekali pakai; tampil untuk ikut bancakan, rayahan kursi pesta demokrasi; perpanjangan tangan manusia ekonomi.
Serta motif terselubung atau sesuai skema cari makan, cari muka, cari
kursi.
Kontribusi,
kinerja, kiprah organisasi kemasyarakatan (ormas), khususnya berbasis
kemaslahatan umat, tetap eksis. Sejarah
mencatat jika ada ormas terjebak arus main politik praktis. Nyaris bak
kendaraan politik. Tergantung niatan penguasa
tunggal. Bermain api luka bakar lokal, bermain air megap-megap.
Negara kepulauan,
agraris, bahari maupun multiSARA menjadi dalih supremasi negara multipartai. Pangkas bawah birokrasi sipil vs obral kopral vs restorsi ladang koruptor.
Singkat saja
kawan. Adalah K/L/D/I yang mana dimana keberadaannya, eksistensinya tergantung
dari partai politik
pemenang pesta demokrasi. Sebut saja pemilu legislatif, pilpres maupun pilkada.
Sudah rahasia umum bagaimana warna politik akan menentukan ‘siapa jadi
apa’.
Pernah terjadi ‘barisan sakit hati’.
Beda zaman serta lain nasib dengan “jokowi adalah kita’. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar