fitnah berbalas fitnah
Bukan peribahasa, bukan
semboyan. Soal kenapa bisa terjadi kalau tidak ada fakta kejadian. Hukum
kesetaraan, dalil keseimbangan pun tidak merumuskan. Ketimbang berlama-lama terjebak
adu pembenaran. Anggap saja sudah ciri wanci politik nusantara.
Masalahnya, kalau tidak
ikut arus kuat, beradaptasi. Akan dilibas, ditebas brutalnya sesama pesaing.
Kalau tidak téga maka kawan sendiri akan téga kepadamu. Pakai rasa ténggang
rasa, siap-siap kandas, tinggal di landasan.
Dagang
suara menjadi lagu wajib pemilu. Mau kursi mau rugi. Metode jagal-jegal-jugil rayahan 2024 menjadi gaya politik. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar