cekok ideologi, intimidasi vs indoktrinasi
Indolénsi
bawaan, sejak dari sono-nya anak bangsa pribumi primitif nusantara.
Berdampak asas rumusan kunjung-punjung-sanjung
menjadi tolok ukur kisah sukses konstitusional. Prinsip ekonomi-politik
nusantara melahirkan kredo a.l kinerja duduk manis tanpa keringat mandiri; politik instan vs kursi tiban.
Agenda politik nusantara yang
melegenda. Cita citra nasakom produk unggulan Orde Lama. Tidak ada matinya.
Tidak ada kapoknya. Melegalkan penjajahan oleh bangsa sendiri beririsan dengan
kenangan tembang lawas sejarah “trah agawé bubrah negoro”. Lagi-lagi,
gila-gilanya parpol parlemen mengendalikan jalannya demokrasi.
Belum berbuat apa-apa untuk negara,
tetapi sudah mendapat apa-apa dari negara. Enak tenan. Model seperti ini yang
dicari di negara multipartai. Rumusan politik berbasis ramuan ajaib revolusi
mental berkelanjutan, menjadi pegangan hidup anak bangsa pribumi primitif.
Maksud jelasnya, masuk bursa kawanan partai menjadi “ladang amal usaha
duniawi”. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar