Halaman

Sabtu, 23 April 2016

semangat bela negara dan game-game anak berbasis kekerasan

semangat bela negara dan game-game anak berbasis kekerasan

Menyoal pertahanan negara, telah ditentukan dalam UUD NRI 1945 a.l hak dan kewajiban setiap warga negara untuk ikut serta dalam usaha pembelaan negara. UU 3/2002 tentang Pertahanan Negara, Pasal 9 menyuratkan bahwa keikutsertaan warga negara dalam upaya bela negara, diselenggarakan melalui :  pendidikan kewarganegaraan; pelatihan dasar kemiliteran secara wajib; pengabdian sebagai prajurit Tentara Nasional Indonesia secara sukarela atau secara wajib; serta pengabdian sesuai dengan profesi.

Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu (KRIMINALITAS.COM, Jakarta  BERITAPOLKAM Oct 12, 2015 21:47) mencanangkan seluruh warga negara Indonesia wajib ikut bela negara. Program bela negara ini dicetuskannya karena prihatin dengan rasa nasionalisme masyarakat Indonesia, utamanya generasi muda. Bela negara ini akan membentuk disiplin pribadi, disiplin kelompok dan disiplin nasional. Program bela negara wajib diikuti oleh seluruh lapisan masyarakat, mulai tukang ojek sampai rektor universitas. Selain itu tidak ada batasan umur dalam program ini, yang menyesuaikan hanya porsi latihannya.

Akan ada kurikulum untuk bela negara, mulai TK hingga perguruan tinggi. Bela negara dan wajib militer adalah hal yang berbeda.  Pembentukan kader bela negara ini dimulai serentak pada tanggal 19 Oktober 2015 di sejumlah kabupaten dan kota di Indonesia.

Sisi lain, sejalan kurikulum bela negara, telah muncul dan marak game online yang bisa dikonsumi peserta didik, anak didik, murid, anak sekolah lewat gadget, warnet. Menu konten game sangat menarik minat anak sekolah. Mungkin ada yang terkait dengan versi bela negara, apakah bersifat heroisme atau sekedar petualangan adu nyali, adu otak, adu otot, adu jotos, adu taktik dan strategi, adu alat perang.

Manusia berburu manusia. Peragaaan jurus mematikan bela diri tangan kosong menjadi sumber inspirasi. Naluri, insting, libido, adrenalin untuk menjadi sang juara, jagoan, pahlawan, pemenang mendominasi sekaligus mengkontaminasi watak anak. Penyalurannya bisa tawuran antar pelajar. Menjadi tukang palak di sekolahnya. Mendirikan geng pelajar, yang ‘siap tempur’. Bagian dari setan jalanan sebagai ajang pembuktikan jati diri, eksistensi diri dan rasa berani di atas rata-rata.  Kondisi faktual dan aktual ini akan diperparah atau sama parahnya dengan  dampak gaya hidup, laku gaul, tampil gengsi yang serba bebas. [HaeN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar