dampak
emansipasi dan cikal bakal koruptor-wati
Sesuai lagu bahwa ayam betina berkotek-kotek ketika akan
bertelur dan semakin heboh kotekannya ketika sudah bertelur. Beda dengan unggas
atau hewan lain yang bertelur. Bahkan ada yang sembunyi-sembunyi mencari tempat
tersembunyi untuk bertelur. Sekali bertelur, puluhan butir bahkan lebih, sang
induk atau binatang betina tetap tanpa suara. Sudah kodrat masing-masing
binatang.
Dikehidupan manusia, kaum hawa, perempuan, wanita atau
sebutan lainnya, tak ada kaitan antara diam dengan prestasi. Tuntutan profesi
menyebabkan harus banyak bicara, buka mulut, silat lidah, bedah argumen, jual
suara. Tuntutan profesi pula yang menyebabkan harus cekatan, cepat, cerdas
mengunakan tangan. Olah otak tidak kalah ulung dan tidak kalah unggul dengan
kaum adam, pria, lelaki. Mampu bersaing disegala bidang profesi, keahlian dan
mata pencaharian.
Polwan menunjukkan gender wanita untuk sebutan polisi.
Beda dengan sukarelawan, karena dipakai kata sukarelawati. Kita terkadang
terjebak, salah kaprah dengan akhiran ‘wan’ dan ‘wati’, karena tidak melulu
menunjukkan gender. Yang namanya Wawan, pada umumnya cowok. Begitu sebaliknya,
yang nama Wati, dipastikan cewek.
Emasipasi di zaman pasca Reformasi, ada sistenm kuota
perempuan dalam pengurus partai politik, ada “jatah” kuota perempuan di
parlemen atau wakil rakyat di Senayan. Ironisnya, ada pihak ada yang
mempraktikkan kuota perempuan di jabatan kepala negara. Walau hanya duduk manis
dibelakang layar.
Indonesia bangga saja sampai bangga banget pernah punya
wakil presiden perempuan, bahkan presiden perempuan. Mengacu sistem kuota
perempuan dalam negara, sebagai penyelenggara negara, berkorelasi dengan sepak
terjang, tingkah laku yang nyerempet bahaya, bahkan menerjang aturan hukum. Bahkan
lebih dahsyat, bisa mengeluarkan aji-aji mendadak alim, mendadak lupa.
Kita sudah lupa ada berapa koruptor-wati yang lahir dari
rahim partai atau kandungan lainnya. Ironisnya cikal bakal koruptor-wati apa
tidak belajar dari sejarah. Salah! Mereka sudah mempelajari langkah demi
langkah pendahulunya, cuma nasib apes berkata lain. Kurang terendus awak media
massa tentang cikal bakal teroris-wati. [HaeN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar