Halaman

Kamis, 14 April 2016

Agar Dunia Beres Akhirat Sukses

 Oase     Dibaca :117 kali , 0 komentar

1

Agar Dunia Beres Akhirat Sukses

 Ditulis : Herwin Nur 28 Januari 2016

Sebagai pembuka, saya ajak pembaca memanfaatkan waktu luangnya sambil menyimak makna [QS Alam Nasyrah  (94) : 7] : “Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain,”. Bisa juga dimaknai apabila kamu telah selesai mengerjakan urusan dunia maka kerjakanlah urusan akhirat. 
Jangan diartikan bahwa ada batas, sekat, beda bagi waktu antara urusan dunia dengan urusan akhirat. Tak heran ada yang mengatakan untuk urusan akhirat, nanti setelah tua, setelah memasuki pensiun, atau kalau dikerjakan dalam skala harian nanti kalau ada waktu luang. Wajar kalau manusia ingin bersegera bisa berhubungan dengan orang lain untuk berbagai kepentingan dunianya. Ingin urusan cepat selesai, tidak makan waktu. 
Akankah urusan dunia bisa dikerjakan secara paralel dengan urusan akhirat? Justru karena Allah-lah kita berbuat di muka bumi ini. Apapun yang kita lakukan semampu kita, secara loyal dan total, adalah ikhtiar melaksanakan perintah-Nya. Apapun yang tidak kita lakukan, kita hindari dengan sekuat upaya, sebagai wujud nyata menjauhi segala larangan Allah. 
Masih ingatkah kita akan cuplikan sunnah Rasul, maknanya jika kita mendekat kepada Allah sejengkal, maka Allah akan mendekati kita  sehasta. Andai kita mendekat kepada Allah sehasta, maka Allah akan mendekati kita  satu depa. Kalau kita mendatangi Allah dengan berjalan, maka Allah akan mendatangi kita dengan berlari. 
Naluri bisnis yang menjadikan kita sibuk urusan dunia, seolah melupakan, menjauh, mengingkari urusan akhirat. Bagaimana reaksi dan respon Allah. Sifat Maha Pemurah, Maha Pengasih, Maha Penyayang, Allah tidak menjauh dari diri kita. Allah tetap menggelontorkan rezeki-Nya kepada siapa saja yang sibuk berusaha. Cuma kita lupa diri bahwa nikmat dunia adalah ujian mencari tiket masuk surga. 
Tata pikir, olah akal, sistem logika, kadar nalar yang ada di benak, otak kita, bisa-bisa bisa mencelakakan diri sendiri. Kita merasa tertuntun, terbimbing, terarah, padahal melenakan kita untuk melangkah atau mencampuradukkan antara hukum Allah dengan hukum buatan manusia. Karena usia/umur, atau faktor tertentu, hukum Allah berlaku kepada kita. Begitu kita melangkah, saldo amal bertambah sekaligus argo dosa bergerak sesuai jarak dan waktu tempuh. 
Banyak yang merasa suskes dunia berkat kerja kerasnya. Mengira akibat daya juang tak kenal waktu, tak kenal lelah, tak kenal mana kawan mana lawan bisa meraih prestasi duniawi. Menduga keberaniannya berjibaku, mengarungi waktu dan bertarung melawan waktu “sekedar melaksanakan perintah Allah” berbuah manis. Menyangka dunia ada di tangannya dan tak terkuras sampai tujuh turunan. 
Pembaca yang budiman, yang arif, atau apapun gelarnya, sebelum menjauh masuk ketulisan ini, ada bagusnya kita tengok [QS At Taubah  (9) : 38] : “Hai orang-orang yang beriman, apakah sebabnya bila dikatakan kepadamu: "Berangkatlah (untuk berperang) pada jalan Allah" kamu merasa berat dan ingin tinggal di tempatmu? Apakah kamu puas dengan kehidupan di dunia sebagai ganti kehidupan di akhirat? Padahal kenikmatan hidup di dunia ini (dibandingkan dengan kehidupan) diakhirat hanyalah sedikit.” 
Firman dan peringatan Allah mungkinkah kita bisa, sudah atau belum merasa puas dengan kehidupan dunia. 
Jujur saja, orang yang matian-matian mengejar dunia, bahkan sampai mati betulan, hakikatnya hanyalah mengambil jatah yang sudah ditetapkan Allah. Meraih hasil yang sudah menjadi hak prerogratif Allah. Utawa mengejar, mewujudkan angan-angan, mimpi, liwat jalur apa saja, yang pasti akan sampai ke pemiliknya, tanpa ditunda waktu dan dikurangi sedikitpun. Oleh karena itu, apa pun yang kita perbuat tidak akan mempengaruhi jatah yang telah ditentukan Allah untuk kita. [Herwin Nur/wasathon.com]

1

Tidak ada komentar:

Posting Komentar