siapa yang melakukan kebodohan, orang bodoh
atau orang pintar
Pihak di Indonesia yang
menganggap orang lain bodoh, cuma tukang membuat iklan, pariwara atau apapun
sebutan mentereng lainnya. Bahasa dan ragam iklan berbagai produk barang/jasa memposisikan
calon konsumen sebagi orang bodoh, sehingga perlu diberi tahu. Memanfaatkan
teknologi, noraknya iklan bisa semakin menjadi-jadi.
Justru tukang bikin iklan
(apa bedanya dengan tukang jual obat di pinggir jalan?), ternyata tidak
memerlukan ilmu iklan. Calon konsumen, diam-diam sudah faham, barang/jasa yang
sudah dipakai oleh masyarakat adalah yang tidak memerlukan promosi. Mana emas,
mana loyang, tanpa kampanye orang sudah tahu sejak dulu. Harga iklan, biaya
iklan, dibebankan kepada pembeli. Kuadran ini sebagai ajang dimana antara orang
bodoh dan orang pintar tidak ada bedanya (?).
Jadi apakah konsumen lebih
bodoh/lebih pintar dari tukang iklan (tukang jual obat)?
Kita tidak tahu apakah ada
pihak di Indonesia yang merasa dirinya pintar. Memposisikan dirinya masuk
kategori orang pintar. Mendaulat dirinya layak berada di jajaran orang pintar.
Mengakui dirinya dengan berbagai rekam jejak sebagai bukti orang pintar.
Menunjuk dirinya dengan tampil berbagai gaya bahasa tubuh sebagai citra diri
orang pintar. Memuja dan memuji dirinya sebagai gudang ilmu yang hanya dimiliki
oleh orang pintar.
Pagi itu saya menyapu jalan
depan rumah dari guguran daun, sampah buangan orang lewat, ceceran isi bak
sampah tetangga yang dibongkar kucing dan pemulung. Tanpa diduga, lewat tukang
air yang tanpa kompromi parkir di jalan yang sedang/akan saya sapu.
Jadi, kalau saya tegur
apalagi memarahi tukang air, bisa-bisa saya melakukan kebodohan yang luar
biasa. Namanya tukang air, boleh ngetem atau parkir sembarang tempat, begitu
ada yang memanggil. Kata orang, namanya tukang air, kerja dengan modal tenaga
dan fisik.
Jangan-jangan tukang air
punya pikiran, jalanan koq disapu. Ketiup angin, lalu lalang mobil liwat bisa
menyibak udara yang mampu menggeser benda ringan di atas jalan. Siapa duga
tukang air punya pengalaman, jalanan usai disapu, sebentar lagi kotor lagi.
Idealnya menyapu jalan di sore hari, pikir tukang air.
Andai tukang air saya
biarkan begitu saja parkir di jalan yang sedang/akan saya bersihkan, tanpa
ditegur, ibarat membiarkan orang lain berbuat seenaknya kepada saya. Tanpa ada
reaksi. Begitu. Jadi, siapa yang melakukan kebodohan? [HaeN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar