Halaman

Jumat, 29 April 2016

siapa yang melakukan kebodohan, orang bodoh atau orang pintar

siapa yang melakukan kebodohan, orang bodoh atau orang pintar

Pihak di Indonesia yang menganggap orang lain bodoh, cuma tukang membuat iklan, pariwara atau apapun sebutan mentereng lainnya. Bahasa dan ragam iklan berbagai produk barang/jasa memposisikan calon konsumen sebagi orang bodoh, sehingga perlu diberi tahu. Memanfaatkan teknologi, noraknya iklan bisa semakin menjadi-jadi.

Justru tukang bikin iklan (apa bedanya dengan tukang jual obat di pinggir jalan?), ternyata tidak memerlukan ilmu iklan. Calon konsumen, diam-diam sudah faham, barang/jasa yang sudah dipakai oleh masyarakat adalah yang tidak memerlukan promosi. Mana emas, mana loyang, tanpa kampanye orang sudah tahu sejak dulu. Harga iklan, biaya iklan, dibebankan kepada pembeli. Kuadran ini sebagai ajang dimana antara orang bodoh dan orang pintar tidak ada bedanya (?).

Jadi apakah konsumen lebih bodoh/lebih pintar dari tukang iklan (tukang jual obat)?

Kita tidak tahu apakah ada pihak di Indonesia yang merasa dirinya pintar. Memposisikan dirinya masuk kategori orang pintar. Mendaulat dirinya layak berada di jajaran orang pintar. Mengakui dirinya dengan berbagai rekam jejak sebagai bukti orang pintar. Menunjuk dirinya dengan tampil berbagai gaya bahasa tubuh sebagai citra diri orang pintar. Memuja dan memuji dirinya sebagai gudang ilmu yang hanya dimiliki oleh orang pintar.

Pagi itu saya menyapu jalan depan rumah dari guguran daun, sampah buangan orang lewat, ceceran isi bak sampah tetangga yang dibongkar kucing dan pemulung. Tanpa diduga, lewat tukang air yang tanpa kompromi parkir di jalan yang sedang/akan saya sapu.

Jadi, kalau saya tegur apalagi memarahi tukang air, bisa-bisa saya melakukan kebodohan yang luar biasa. Namanya tukang air, boleh ngetem atau parkir sembarang tempat, begitu ada yang memanggil. Kata orang, namanya tukang air, kerja dengan modal tenaga dan fisik.

Jangan-jangan tukang air punya pikiran, jalanan koq disapu. Ketiup angin, lalu lalang mobil liwat bisa menyibak udara yang mampu menggeser benda ringan di atas jalan. Siapa duga tukang air punya pengalaman, jalanan usai disapu, sebentar lagi kotor lagi. Idealnya menyapu jalan di sore hari, pikir tukang air.

Andai tukang air saya biarkan begitu saja parkir di jalan yang sedang/akan saya bersihkan, tanpa ditegur, ibarat membiarkan orang lain berbuat seenaknya kepada saya. Tanpa ada reaksi. Begitu. Jadi, siapa yang melakukan kebodohan? [HaeN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar