dampak memudakan umur terhadap
daya ingat
Karena
syarat umur untuk mengikuti pendidikan atau melamar pekerjaan, umur bisa disulap,
dipalsukan. Mau masuk sekolah, umur sudah liwat ambang batas, maka tanggal
lahir dimundurkan beberapa tahun. Mau cari SIM, karena belum umur atau usia
belum sesuai persyaratan minimal, terpaksa rekayasa tanggal lahir. Kedua
kondisi tadi acap terjadi dikehidupan masyarakat.
Pak RW atau
kawan gaulnya sejak kecil memanggil mas Pur, saat pasca Proklamsi 17 Agustus
1945, sebagai anak usia setahun, sudah ikut mengungsi, sembunyi di got, jalan
malam hari. Menghindari pertempuran. Masa transisi membentuk watak sang anak.
Keadaan
sudah stabil, sekolah sudah buka. Agat tidak menjadi anak bodoh, orang tua mas
Pur menyekolahkan anaknya di SR (sekolah rakyat), sekarang SD (sekolah dasar).
Banyak anak sepantaran mas Pur yang masuk SR, umur bahkan layak jadi murid klas
6 atau bahkan sudah lulus SR. Jalan tengah agar diterima, tanggal lahir
dimudakan 6 (enam) tahun. Banyak teman senasib, menjadikan mas Pur tidak merasa
rendah diri di klas. Mungkin malah jadi jagoan. Badan lebih besar dibanding
teman seklasnya.
Perjalan mas
Pur cukup mulus, tahu-tahu pensiun sebagai PNS di usia 56 tahun atau tepatnya
sekitar umur 62 tahun. Karena bergaul dengan anak yang jauh lebih muda, sejak
SR, akhirnya mas Pur tidak tampak usia sesungguhnya. Guru SMA yang fresh
graduate, ada yang seumur, tanpa diketahui pihak sekolah. Kebentuk dengan
umur mundur, bukannya tampak dampak.
Mas Pur
dikenal di lingkungan tempat tinggal sebagai ahli cerita. Warga sampai hafal
apa yang diceritakannya, kalau tidak side A, ya side B. Tema cerita cuma ada
dua. Tema pertama, reuni sekolah SR, SMP dan SMA-nya. Tema kedua, pengalaman
sebagai kalapas di suatu tempat. Warga suka iseng, kalau sedang kumpul, mas Pur
ditanggap. Ironisnya, mas Pur malah bangga, dianggap tokoh. Padahal orang malah
ngobrol sendiri atau dengan yang lain. Mas Pur dibiarkan buka suara sendiri,
tanpa pendengar. Kalau diam kehabisan kata, atau sudah bolak-balik dari side A
ke side B, balik ke side A lagi, tinggal “siram minyak”, dengan pertanyaan konyol, langsung membara
lagi.[HaeN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar