Halaman

Sabtu, 02 April 2016

dampak memudakan umur terhadap daya ingat

dampak memudakan umur terhadap daya ingat

Karena syarat umur untuk mengikuti pendidikan atau melamar pekerjaan, umur bisa disulap, dipalsukan. Mau masuk sekolah, umur sudah liwat ambang batas, maka tanggal lahir dimundurkan beberapa tahun. Mau cari SIM, karena belum umur atau usia belum sesuai persyaratan minimal, terpaksa rekayasa tanggal lahir. Kedua kondisi tadi acap terjadi dikehidupan masyarakat.

Pak RW atau kawan gaulnya sejak kecil memanggil mas Pur, saat pasca Proklamsi 17 Agustus 1945, sebagai anak usia setahun, sudah ikut mengungsi, sembunyi di got, jalan malam hari. Menghindari pertempuran. Masa transisi membentuk watak sang anak.

Keadaan sudah stabil, sekolah sudah buka. Agat tidak menjadi anak bodoh, orang tua mas Pur menyekolahkan anaknya di SR (sekolah rakyat), sekarang SD (sekolah dasar). Banyak anak sepantaran mas Pur yang masuk SR, umur bahkan layak jadi murid klas 6 atau bahkan sudah lulus SR. Jalan tengah agar diterima, tanggal lahir dimudakan 6 (enam) tahun. Banyak teman senasib, menjadikan mas Pur tidak merasa rendah diri di klas. Mungkin malah jadi jagoan. Badan lebih besar dibanding teman seklasnya.

Perjalan mas Pur cukup mulus, tahu-tahu pensiun sebagai PNS di usia 56 tahun atau tepatnya sekitar umur 62 tahun. Karena bergaul dengan anak yang jauh lebih muda, sejak SR, akhirnya mas Pur tidak tampak usia sesungguhnya. Guru SMA yang fresh graduate, ada yang seumur, tanpa diketahui pihak sekolah. Kebentuk dengan umur mundur, bukannya tampak dampak.

Mas Pur dikenal di lingkungan tempat tinggal sebagai ahli cerita. Warga sampai hafal apa yang diceritakannya, kalau tidak side A, ya side B. Tema cerita cuma ada dua. Tema pertama, reuni sekolah SR, SMP dan SMA-nya. Tema kedua, pengalaman sebagai kalapas di suatu tempat. Warga suka iseng, kalau sedang kumpul, mas Pur ditanggap. Ironisnya, mas Pur malah bangga, dianggap tokoh. Padahal orang malah ngobrol sendiri atau dengan yang lain. Mas Pur dibiarkan buka suara sendiri, tanpa pendengar. Kalau diam kehabisan kata, atau sudah bolak-balik dari side A ke side B, balik ke side A lagi, tinggal “siram minyak”,  dengan pertanyaan konyol, langsung membara lagi.[HaeN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar