rata-rata konsumsi berita politik penduduk Indonesia
Pihak berwenang di Indonesia belum pernah merilis
berapa rata-rata konsumsi berita politik penduduk, per jam atau satuan waktu
lainnya. Kesulitan utama, belum ada standar baku berita politik yang layak
dikonsumsi masyarakat. Dipihak lain, berjibunnya media pemberitaan yang
memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.
Kemasan berita politik hanya ada 2 (dua) versi, yaitu
menjilat atau menghujat. Berita politik pun masih bisa diketegorikan, apakah
berita tingkah laku pelaku dan pemain politik, sepak terjang orang politik, kesibukan
petugas/suruhan/kurir partai (mulai dari begundal, cecunguk, bolodupak sampai
kepala negara) atau berita yang masuk kategori politik (mulai presiden
blusukan, kunker, sidak sampai tertangkap tanggannya orang politik oleh KPK).
Dibandingkan dengan negara lain di ASEAN,
apakahperingkat kita unggul atau sekedar wajar, normal, normatif. Dibalik
pengkonsumsian berita politik, tersirat fakta apa saja?
Kita tidak punya ketentuan, apakah pejuang politik
harus sering tampil diberitakan. Atau tampil saat tersandung, terbentur kasus
non-politik. Raport politik penyelenggara sejauh ini belum pernah ditayangkan ke
publik. Rakyat sudah bisa menduga kadar politik yang sering tampil. Rakyat
dengan kaca mata kesederhanaan bisa menakar mana tokoh yang sarat dengan melek
politik sampai yang sekedar penyandang warisan nama besar.
Terkadang pemain politik ibarat pelawak, komedian,
tukang kocok perut, pembanyol, pabrik ketawa, ngomong ora ngomong, bayarane
podo. Ngomong sepisan, wis ora lucu, kleru, digeguyu dewe. Kalau yang
berorasi ketua umum parpol di depan kadernya, sudah ada tukang keploknya.
Makanya ada saja pemain politik yang hemat bicara. Takut ketahuan isi perutnya,
takut terbuka rahasia daya pikir politiknya. Walau bukan copas.
Pemain, pelaku politik Nusantara ada batas masa
berlakunya, begitu jatuh tempo, otomatis jadi barang apkiran. Tak jarang yang
cepat kedaluwarsa, akibat sebagai kader karbitan, kader orbitan, kader jenggot,
kader warisan. Berita politik malah bisa sebagai hiburan, atau bisa sebagai
adegan sinetron picisan. Sudah ketahuan akhir ceritanya. Apalagi jika sudah
ketauan siapa memainkan peran apa.
Bukan kuantitas maupun kualitas berita politik, tetapi
dampak nyata bagi kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat.
Apakah rakyat secara tak langsung bisa melihat siapa
cikal bakal calon pemimpin nasional. Dalam suatu kompetisi olah raga, akan
terlihat pemain berbakat, akan terdeteksi calon pemain masa depan.
Apakah rakyat bisa mencerna bagaimana batasan minimal
yang harus dikerjakan oleh kepala daerah yang dipilih oleh rakyat. Apakah
gubernur, atau bupati/walikota sekedar jabatan politik yang hanya akan
meninggalkan bom waktu.
Apakah rakyat menjadi tahu betul apa saja yang
dikerjakan wakil rakyat. Kapan rakyat harus turun ke jalan, jika wakil rakyat
tingkat kabupaten/kota kewalahan menampung aspirasi rakyat. Rakyat melihat
betapa perjuangan wakil rakyat tingkat pusat, dalam memilah dan memilih
kepentingan yang diprioritaskan, diutamakan, dianakemaskan.
Apakah rakyat menyadari, memahami sekaliguas
memaafkan, karena ada parpol numpang lewat di pesta demokrasi, atau ada kader
politik numpang nama di pesta demokrasi. [HaeN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar