Halaman

Selasa, 01 Maret 2016

Indonesia terjebak dan terjerat kubangan politik kedaluwarsa

Indonesia terjebak dan terjerat kubangan politik kedaluwarsa

Agar satu bahasa, satu pengertian tentang apa itu yang disebut ‘kedaluwarsa’. Kita buka Kamus Tesaurus Pusat Bahasa, Depdiknas 2008, ternyata ada lema ‘kedaluwarsa’, yaitu :
kedaluwarsa n basi, habis tempo, habis waktu, jatuh tempo, jatuh waktu, klise (cak), kuno, lama, tua, usang

Agar sepakat dalam hati, untuk menghindari kerancuan, kita simak Kamus Bahasa Indonesia, Pusat Bahasa, Depdiknas 2008, menjelaskan makna lema ‘kedaluwarsa’ adalah :
kedaluwarsa a 1 kasip; terlambat; tidak model lagi (baju, kendaraan, dsb); tidak sesuai dng zaman; 2 Huk habis tempo; sudah lewat (habis) jangka  waktunya (tt tuntutan dsb); 3 terlewat dr batas waktunya (tt makanan): makanan – berbahaya bagi kesehatan;

Fakta sejarah pasca Reformasi, banyak kejadian perkara politik yang membuktikan bahwa kawanan parpolis mengidap penyakit buta politik yang akut. Kendati tidak ditulis secara gamblang, namun malah menjadi tanda tanya. Faktual dan aktual presiden RI kelima, sangat yakin jelang akhir jabatan sebagai wapres dan bersambung sebagai presiden di periode 1999-2004, akan memperpanjangan jabatan liwat pilpres.

Antara keyakinan politis dan ambisi politiknya ybs tidak bisa membedakannya. Dengan modal sukses dan rekam jejaknya, merasa layak untuk terus jadi presiden yang utuh selama lima tahun. Syukur, bisa berlanjut ke periode berikutnya, begitu bunyinya. Nilai jualnya memang tidak ada yang mampu menandingi, menyaingi apalagi melangkahinya. Tidak bisa disebutkan satu-persatu di blog ini. Tentunya nilai jual yang dibanggakan dan menjadi andalan.

Fakta sejarah pesta demokrasi yang berisi pileg dan pilpres di tahun 2004 dan 2009, membuktikan bahwa presiden RI kelima kalah pamor dengan bekas pembantunya (pembantu presiden).

Fakta sejarah periode 2004-2009 dan 2009-2014 menunjukkan bahwa logika politik, akal politik, naluri politik, syahwat politik ybs bukannya beku, tetapi jalan di tempat. Angan-angan politik dan ambisi politiknya melambung tinggi ke angkasa Nusantara. Memang enak duduk manis selama dekade, satu dasa warsa, memendam dendam politik. Merasa dirinya dizalimi oleh zaman. Merasakan pengapnya pingitan politik.

Fakta searah periode 2014-2019, apa pun yang telah dan akan terjadi, akibat dari resep dan ramuan politiknya yang sudah kedaluwarsa. Obat “revolusi mental” malah memperparah keadaan dan kondisi bangsa dan negara. Tetapi ybs tetap tenang adem-ayem binti tambeng, berkipas-kipas, “masa bodoh koq mau saya bodohi”, dalam hatinya. [HaeN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar