Halaman

Senin, 07 Maret 2016

menerawang lawan tanding Ahok di pilkada DKI Jakarta 2017

menerawang lawan tanding Ahok di pilkada DKI Jakarta 2017

Mengingat, bahwa sistem perpolitikan Nusantara cenderung kearah semakin suburnya politik dinasti keluarga, semakin legalnya pilitik turun-temurun, semakin maraknya warisan politik, semakin menggilanya kekuasaan politik sebagai warisan orang tua, semakin resmi beredarnya perilaku anak ideologis, maka secara de facto dan de jure, pihak yang dianggap layak dan patut menjadi lawan tanding, atau bahasa politiknya adalah pengganti/penerus, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) sebagai gubernur DKI Jakarta 2017 sampai batas waktu, adalah isteri atau anak daripada Ahok.

Kita jangan malu belajar dari fakta sejarah, betapa bangkrutnya moral politik di Nusantara akibat tabiat perilaku pewaris politik/anak ideologis yang sudah menjadi bahasa politik resmi sampai tingkat kabupaten/kota. Tidak melanggar hukum jika seorang anak menebeng nama besar orang tuanya. Tidak menerabas batas norma apa pun andai ada kiat melebarkan sayap kekuasaan dengan melibatkan isteri.suami di kancah politik. Daripada jatuh ke tangan orang lain yan tak jelas ujung hidungnya. Apalagi tidak punya trah darah politik.

Kita tak boleh buruk sangka, jelek dakwa, rusak tuduh, busuk kira kepada pihak yang mempraktikkan peribahasa “buah jatuh tak jauh dari pohonnya”. Ingat kata Gus Dur :”begitu saja koq repot”. [HaeN].

Tidak ada komentar:

Posting Komentar