pro-kontra Ahok vs
PDI-P pamer borok lama
Sebelum
meluncurkan olah kata, kita simak kabar berita yang ditayangkan laman
merdeka.com, begini hasilnya :
“PDIP : Coba tanya
NasDem, jangan-jangan sudah terima 100 M dari Ahok”
Merdeka.com Reporter : Dieqy
Hasbi Widhana|
Jumat, 11 Maret 2016
14:03 - Calon petahana Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok mengemukakan
alasan kenapa dia lebih memilih jalur independen ketimbang melalui parpol untuk
bertarung di Pilgub DKI 2017.
Blak-blakan,
Ahok menyebut butuh uang Rp 26 miliar hanya untuk memulai kampanye dalam
rentang waktu 10 bulan. Jumlah itu menurut Ahok hanya perhitungan kasar. Dia
menduga, setidaknya butuh mahar Rp 100 miliar jika dirinya didukung oleh dua
partai.
Menanggapi hal
tersebut Ketua DPP PDIP Andreas Hugo Pereira justru merasa aneh. Dari mana Ahok
bisa menyimpulkan harus membayar mahar sebesar itu. Lantas Andreas menuding apa
Partai NasDem sebagai pendukung Ahok telah menerima Rp 100 milyar.
"Coba cek ke partai yang sekarang sudah
usung Pak Ahok. Kalau Pak Ahok berani omong gini jangan-jangan dia sudah bayar
100 miliar ke sana. Coba tanya NasDem, jangan-jangan sudah terima 100 M," ujar Andreas saat dihubungi, Jumat (11/3).
Menurut
Andreas, saat mengusung pasangan Jokowi-Ahok dalam Pilgub DKI sebelumnya, justru PDIP yang
keluar banyak dana. Dia menjelaskan saat itu tak ada mahar politik.
"Mana mau dia bayar Rp 100 miliar. Kita
yang keluarin duit dari kampung ke kampung. Kita justru keluar duit," ungkapnya.
KATA SIMPUL
Itulah politik Nusantara. Bukan salah
merdeka.com, juga bukan salah oknum PDIP sebagai subyek perkara.
Kita nalar sejenak, ada pemelintiran sejarah
pilgub DKI Jakarta 2012. PDIP berani menyukongi pasangan Jokowi-Ahok, karena
yang disasar adalah Jokowi-nya. PDIP punya strategi dan maksud tertentu dengan
mendukung Jokowi. Penduduk Jakarta dan khususnya pemilih sudah tahu luar dalam
apa&siapa yang mengendalikan Ahok.
Orang juga sudah tahu dengan istilah “no
free lunch” alias jika Jokowi diajak makan siang gratis oleh PDI-P tentu
ada imbalan yang harus dilunasi dikemudian hari.
Makanya revolusi mental perlu dijalankan
bareng pendidikan politik, khususnya buat kawanan parpolis, terkhusus yang
sedang kontrak politik di periode 2014-2019.
Alasan Ahok diawal kabar berita di atas,
semakin membuktikan bahwa ideologi Rp menjadi pegangan hidup partai politik
yang merasa agar tetap eksis. Merasa memperjuangkan nasib wong cilik. Merasa
sebagai pewaris utama negara. Sekian. [HaeN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar