Halaman

Sabtu, 26 Maret 2016

revolusi mental versi mobkas

revolusi mental versi mobkas

TANGAN PERTAMA. Mau tak mau, pengendusan, perenungan, penerawangan Joko Widodo (Jokowi), dengan modal ilmu kehutanannya, bisa memprakirakan mental perilaku pelaku kawanan parpolis di periode 2014-2019. Resep dan ramuan revolusi mental menjadi bahan jualan utama Jokowi. Jangan heran, mengapa terkekehnya Jokowi, saat jadi gebernur DKI Jakarta dan terlebih saat menjabat presiden RI, seperti bukan meremehkan manusia lain. Jokowi terheran sendiri, ilmu coba-cobanya ternyata terbukti.

BODI LURUS. Skenario Jokowi untuk menjalankan revolusi mental di tangan pembantunya, dengan modal bak menadah durian runtuh, atau bak berjuang tanpa keringat, semakin membuktikan langkah caturnya. Bahasa Jawa-nya memakai cara nylondoh. Pihak yang terbuai kursi kekuasaan, semakin berkacak pinggang. Jokowi tinggal pijat tombol, revolusi mental langsung tersalur gratis. Perjalanan revolusi mental selalu di jalan lurus, di jalan yang benar. Tanpa ada yang berani menyalip.

CAT MULUS. Namanya saja perjuangan tanpa keringat. Mengandalkan jasa kakek moyangnya, tinggal tangan tengadah. Revolusi mental menjadi acara kenegaraan, seremonial. Paparan, tayangan berbagai modul revolusi mental bagi penyelenggara negara, masuk telinga kiri, keluar melalui telinnga kiri. Atau tanpa proses pengendapan, langsung keluar. Utamakan tampilan luar, biar disangka pro-rakyat yang compang-camping. Semakin dielus, mentalnya semakin menujukkan akal bulus. Ngranyak, nglunjak, sindir wong Jawa.

SUARA MESIN HALUS. Buatan manusia, apa saja bisa direkayasa, dimanipulir. Tepuk tangan, teriak yel-yel penggembira lebih berisik dibanding suara isi hati penyelengara negara dari unsur kawanan parpolis pro-pemerintah dan sisanya. Jangan dikira KP3 adem-ayem, justru sedang terkontaminasi perang batin. Asas di éra mégatéga yang sesak, padat, masif dengan berbagai elemen mégakasus menjadikan mereka serbatéga, multitéga.

KAKI EMPUK. Agar kekuasaan stabil, tak heran kursi dibuat anti goyang. Jaminan sang emak menjadikannya tidur nyenyak. Revolusi mental memang tak jauh-jauh blusukan, kunjungan kerja, inspeksi mendadak, cukup jalan di tempat. Sayang kaki, hemat bicara, sekali bicara sesuai isi perutnya. Obyek ajaran atau penerima indoktrinasi revolusi mental ikut-ikutan goyang kaki sambil kepala mengangguk-angguk. Yang penting aman tanpa goresan, bisa sampai finish, sampai batas waktu kontrak politik.

PAJAK TELAT. Sampai hati mewujudkan amanat penderitaan rakyat, dengan mewakili praktik adil, makmur dan sejahtera di dirinya sendiri. Inilah hakikat demokrasi terwakili. Peduli rakyat hanya saat hari-H pemilu (pileg dan pilpres) dan pilkada. Demokrasi hanya berlaku 5 menit selama lima tahun. Rakyat berhak menentukan nasibnya sendiri. Di jalanan, antar elemen masyarakat yang beda kepentingan saling adu lempar batu, baku hantam, bakar-bakaran, dianggap sebagai dinamika demokrasi. [HaeN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar