Halaman

Jumat, 11 Maret 2016

teman Ahok dan menu spesial revolusi mental

teman Ahok dan menu spesial revolusi mental

Suhu dan arus politik di ibu kota negara, Jakarta, mampu mengalihkan kegundahan dan kenestapaan politik Nusantara. Pemilihan gubernur DKI Jakarta yang akan digelar tahun 2017, masih jauh hari namun mampu  menyita banyak waktu dan energi. Media massa dengan girang dan gigih mengkabarkan status terkininya sesuai versi dan seleranya.

Rambu “yang tidak berkepentingan dilarang masuk” tidak ampuh mencegah tangkal secara normatif dan sejak dini. Berbagai jenis tamu merasa terundang dan berkepentingan secara politis akan nasib dan sekaligus mengadu nasib meraih kursi Jakarta-1.

Perhelatan politik semakin meriah disebabkan gubernur Jakarta yang belum habis kontrak politiknya, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), bernyali besar untuk, dengan bahasa politiknya, adalah memperpanjang masa jabatan sesuai asasi konstitusi yang masih tersisa dan berlaku di tempat.

Teman Ahok yakin memenuhi syarat dukungan yang ditentukan UU agar syarat pasangan calon perseorangan bisa mendaftarkan diri (bukan didaftarkan) ke KPU Provinsi. Tanpa mesin politik bukan berarti Teman Ahok mati angin. Pelaku ekonomi Nusantara yang bermarkas di Jakarta, tentunya tak akan tinngal diam seperti adat kebiasaannya. Kendati jumlahnya tidak signifikan, bahasa pengamat, namun daya beli suaranya tidak bisa dipandang sebelah mata.

Revolusi Mental andalan Jokowi-JK justru sebagai pengingat bagi relawannya agar pandai-pandai menempatkan diri sesuai dengan jatah pembagian kursi kekuasaan. Parpol pendukung Jokowi-JK disentil untuk tidak buta politik, tidak rakus dan haus kekuasaan tanpa bercermin pada realita dan fakta lapangan. [HaeN] 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar