Halaman

Selasa, 29 Maret 2016

Pilgub DKI Jakarta 2017, titik balik moral dan mental politik parpol berlabel Islam

Pilgub DKI Jakarta 2017, titik balik moral dan mental politik parpol berlabel Islam

Mengingat, gaduh, riuh, kisruh, rusuh akibat perilaku persekutuan vs perseteruan antar partai politik, pasca laga pesta demokrasi 2014, yang seolah malah semakin membuktikan semboyan “rakyat siap memilih dan siap menerima siapa yang kalah/menang” sekaligus ada yang pamer jargon “parpol tidak siap menang”. Pemerintah Jokowi-JK terpaksa melakukan bongkar pasang muatan dan penumpang agar tidak mogok atau turun di tengah jalan sebelum jatuh tempo. Jokowi menggembalakan domba yang berbaur dengan serigala. Jokowi waspada 24 jam, mewaspadai kursinya menjadi incaran semua pihak yang berkepentingan, khususnya siaga menghadapi serudukan banteng babon dari tetangga sebelah.

Sukses pilkada serentak 9 Desember 2015, membuat pengamat politik bingung memprediksi peta politik, khususnya di tataran dan tatanan daerah. Rakyat sudah memasuki fase alergi parpol, walau belum menjurus ke antipati parpol. Cuma masalah waktu, kata ahli survei berbayar atau survei tanpa survei.

Perbedaan ideologi antar parpol, mungkin hanya beda dalam susunan kata di AD dan ART-nya. Praktik ideologi antar parpol tidak ada perbedaan yang mencolok. Bukti sederhana dan mudah dicerna hati rakyat adalah ketika oknum kader/anggota parpol berurusan dengan KPK. Diperkuat dengan perilaku menyimpang terkait pasal pidana/perdata.

Semua parpol mengandalkan senjata revolusi mental untuk memberdayakan rakyat sekaligus memperdayakan rakyat. Padahal parpol hidup mengandalkan dari keberadaan dan eksistensi rakyat.

Bagaimana dengan kinerja dan prospektus parpol berlabel Islam? PPP sedang berproses adu kuat secara internal, sedang menjalani nasib metamorfosis, mencari bentuk tanpa bentuk.

Menghadapi pilgub DKI Jakarta 2017, hanya satu kata : parpol berlabel Islam, bersatulah! Entak melalui teman sekampung bertarung di pligub, atau ada jawara lain yang layak tanding. Bukan mengandalkan kader partai yang disodorkan ketua umumnya. Atau tergantung restu dukun politik. Parpol berlabel Islam harus kompromi dan fokus pada satu jago. Tapi jangan coba-coba main pasang dan asal taruh. [HaeN].

Tidak ada komentar:

Posting Komentar