Halaman

Rabu, 23 Maret 2016

perlu pemahaman politik bahwa Jakarta adalah ibukota negara

perlu pemahaman politik bahwa Jakarta adalah ibukota negara

Ternyata, gubernur DKI Jakarta yang belum jatuh tempo, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), yang jelas tidak mau turun di tengah jalan, bahkan minat maju di pilgub 2017, secara konstitusional sah-sah saja.  Ahok ingin bertarung melalui jalur perseorangan atau dibilang independen, tidak menyalahi konstitusi yang berlaku. Dampaknya, muncul isu deparpolisasi atau menghilangkan peran partai, justru semakin membuktikan kawanan parpolis Nusantara terkena virus keterbelakangan mental politik yang akut.

Adat politik tak tertulis yang memaklumatkan bahwasanya barang siapa hendak maju ikut pilkada, mengikuti nafsu politik masuk jajaran pembantu presiden, atau memperoleh bagian sebagai penyelenggara negara, diutamakan sowan dan mohon restu pada dukun politik juara utama pesta demokrasi. Nasib politik kandidat dengan rekam jejak sehebat apapun, garis tangannya sudah “diramal” oleh dukun politik.

Tiap hutan ada rajanya, tiap suku ada dukun politiknya, menjadikan demokrasi Nusantara sebagai ajang pertarungan bebas. Jakarta terletak di pulau Jawa, pertarungan dukun politik lokal berbagai aliran menambah maraknya pilgub 2017. Ironisnya, parpol sendiri tidak punya stock kader tulen yang siap turun berlaga di setiap pilkada. Apalagi Jakarta belum pernah mempunyai gubernur perempuan. Bukti betapa Orde Baru mampu memberi format mujarab bahwa parpol hanya sebagai kendaraan politik.

Kaca mata politik memang jitu melihat nilai jual Jakarta, yang serba basah. Kerangka logika politik hanya memandang Jakarta sebagai provinsi yang serba khusus. Kurang memahami tatanan dan tataran Jakarta, bukan hanya sebagai provinsi, tetapi secara fungsional membentuk kawasan. Provinsi tetangga Jakarta, juga memberlakukan Jakarta sekedar sebagai mitra sejajar sesama provinsi. Pelaku ekonomi nasional yang bermukim di Jakarta, perannya tak bisa dipandang sebelah mata. Perpanjangan tangan tangan-tangan tak kelihatan, sudah selalu mendiktekan kepentingannya. [HaeN].

Tidak ada komentar:

Posting Komentar