Halaman

Selasa, 22 Maret 2016

Jakarta kota BMKG, perlu serba khusus

Jakarta kota BMKG, perlu serba khusus

Jakarta sebagai ibukota negara, sarat dengan berbagai fungsi. Jakarta sebagai kota serba ada. Tempat perwakilan negara sahabat sampai kantor perwakilan provinsi NKRI. Ada gula bertebaran di mana saja sampai gang-gang kecil, bantaran sungai, rel k.a, kolong jembatan layang, trotoar, tanah terlantar - memancing berbagai klas masyarakat semut untuk adu nasib, adu akal, adu nyali, adu otot. Mereka datang sekedar jual jasa, jual barang, jual harga diri atau jual badan. Rupiah bisa dikais bak ayam, bisa ditadah dalam hitungan menit, bisa dikutip di jalanan, bisa dikeruk sambil melipat kaki (tipikor dengan tsk oknum wakil rakyat).

Jakarta menjadi tujuan dan masa depan anak bangsa. Jakarta menjadi serba khusus, maka segala masalah utama Jakarta, yaitu BMKG = Banjir, Macet, Kebakaran dan Gusur-menggusur harus ditangani secara sinergi, serba khusus dan terpadu.

Penyebab BMKG adalah faktor manusia. Akibat kebodohan sampai keserakahan manusia. Penyakit BMKG harus ditangai bersama antar pelaku pembangunan : pemerintah, swasta dan masyarakat. Jakarta harus dikelola dalam 24 jam. Keberanian, atau bahkan tangan besi yang diperlukan adalah :

Pertama, rencana pembangunan jangka panjang 25 tahun, khususnya yang berbasis dan fokus pada BMKG, harus ditangani per periode gubernur lima tahun. Ada estafet dan kesinambungan pembangunan lima tahunan. Produk hukum terkait pembangunan harus ditegakkan tanpa tebang pilih, misal Rencana Tata Ruang Provinsi Jakarta.

Kedua, optimalisasi sumber dana dan sumber daya pembangunan. Pemanfaatan hutang maupun hibah dari luar negeri sesuai dengan kemampuan nyata pemprov dan warga Jakarta. Investor mancanegara, termasuk lokal, diikat dalam kerja sama yang saling menguntungkan.

Ketiga, intervensi secara politis harus berani diatasi secara total. Kalau perlu ada syarat khusus untuk jadi anggota DPRD DKI Jakarta, misal didukung oleh masyarakat. Fungsi RT, RW dioptimalkan secara nyata, untuk menampung aspirasi mastarakat.

Tentunya masih banyak faktor yang harus dicermati. Kita masih optimis, jika suatu masalah ditangani bersama, akan terselesaikan [HaeN].

Tidak ada komentar:

Posting Komentar