sukses Jokowi tanpa JK, tersapu gagal politik
Kita rakyat Indonesia, wajib
bersyukur, pemerintahan Jokowi-JK telah berjalan sesuai jadwal dan waktu yang
telah ditetapkan. Semua sukses yang diraih berkat dukungan berbagai pihak. Ada
yang memberikan dukungan saja sampai yang memberikan dukungan banget.
Perjalanan panjang tak kurang rintangan. Berbagai godaan dan ganjalan menerpa
silih berganti, siang malam. Kejadian pahit, getir, nestapa, dicaci sebagai
menu harian. Sebuah risiko wajar sebagai pemimpin rakyat.
Ingat, saat Jokowi
diwawancarai awak media yang ahli memberondong pertanyaan yang tak ahli,
dijawab Jokowi apa adanya. Terkadang tertawa terpatah-patah. Bahasa tubuh yang
diperagakan Jokowi, menurut ahlinya, sebagai bukti kehati-hatian. Jangan sampai
salah ucap, jangan sampai menyalahi skenario kenegaraan. Diberbagai seremonial
kenegaraan, Jokowi malah terposisikan sebagai tuan rumah yang ramah, ngomong
dan ngemong dengan langkah tertata.
Tahun demi tahun telah
diliwati Jokowi yang rajin menghitung waktu dan paham JK yang siap berucap,
bercuap apa saja. Kalau sepi dari gaduh politik, JK tampak kepanasan, blingsatan
kegerahan. Suhu politik memancing keringat, bagi JK malah menu sehat. Berderai
tawa tuanya meluncur rapi. Tampak tersendat karena lupa hafalan tawanya.
Rakyat pemilih Jokowi-JK ada
yang menampakkan penyesalan yang amat sangat. Tak kurang yang cuek bebek tulang
lunak, masa bodoh, mau siapa presidennya. Mau minta turun berapa kali di tengah
jalan, peduli amat, kata hati mereka. Rakyat yang sadar politik, walau buta
plitik tetapi tidak buta hati nurani, tetap dengan setia bekerja bak
pengabdian. Merasa sebagai rakyat, hamba penguasa yang kebijakannya bisa
menentukan nasib bangsa dan negara. Rakyat kecil yang sehariannya hanya
mengenal sosok pak RT. Pak RT jika menjadi bintang sinetron, difigurkan sebagai
sosok yang bertolak belakang dengan tampilan wakil rakyat. Keluguan pak RT
tidak bisa disandingkan dengan para guru, pahlawan tanpa tanda jasa, tetapi
wajib bersitifikat.
Kilas balik rekam jejak
Jokowi-JK, tak ada bedanya dengan pendahulunya. Cuma beda tipis, karena Jokowi
bukan orang partai tulen. Beda dengan JK yang beringin banget. Tampak pada cara
mempermainkan raut mukanya. Sosok Jokowi memang semakin membuktikan tampilan
bukan pekerja partai. Bukan produk partai, walau terjebak kebijakan, komando
dan kendali sebuah parpol pendukung dan pengusungnya.
Sudah suratan sejarah,
parpol utama dibelakang Jokowi, merupakan fusi partai dengan semua aneka platform,
apapun basis ideologi tanpa arah angin, model ornamen SARA, di zaman Orde Baru.
Jangan heran setiap langkah Jokowi tanpa JK, sesuai skenario yang sudah
kedaluwarsa. Skenario politik yang digagas secara cerdas, cemerlang dan
bermartabat yang akan diterapkan di periode 2004-2009 atau kalau meleset diajukan dan
dimajukan di periode berikutnya, 2009-2014. Inilah yang menjadikan langkah Jokowi
tanpa JK acap terpeleset
politik apkiran. Kebijakan parpol menjadikan Jokowi terpeleset di lubang yang sama
berkali-kali. Sesuai pepatah, malah bisa menyalip keledai yang paling bebal,
dungu dan dongok. Lima tahun Jokowi-JK berada dalam lingkungan keledai politik,
nyaris tak terasa.[HaeN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar