wong-Jawa dudu, jawara semangkin
Tata sosial masyarakat
Jawa, memposisikan eksistensi dan otonomi individu beserta atribut kepribadiannya
pada posisi sekunder.
Hadir di perjamuan, lebih
pilih duduk di barisan belakang. Agar tampak merakyat. Disuruh maju ke depan, menolak
dengan santun. Kalau tidak ada pihak yang mempersilahkan bergabung dengan orang
penting, akan meradang di hati. Pasang wajah angker.
Jangan salahkan keadaan
jika tirani minoritas, berkacak pinggang kian tinggi.
Sing waras ngalah. Salah
kaprah diterima dengan pasrah.[HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar