tekan endi waé, jiwamu tetep ketekanan
Setiap jiwa manusia punya pengalaman
kejiwaan, skala harian maupun insidentil. Pengalaman harian
tidak serta merta ybs proaktif, antisipatif
maupun selektif memilih alternatif. Tidak mau rugi sendiri, pilih alternatif yang pas, cocok dengan faktor
kedirian. Mau cocok, mau mendolok, pokoknya pas tidak pas, inilah jiwa
ragaku. Kalau tidak anèh, nylenèh bukan manusia nusantara namanya.
Tak perlu mikir. Model sumbu pendek
malah tampak lugu. Akibat tekanan ekonomi, anak bangsa pribumi siap mengorbankan aneka kedirian. Takjubnya, tak hanya berlaku
bagi masyarakat klas elit (ekonomi sulit). Menembus strata atas berkat
kemajuan teknologi digital. Prostitusi online, begitulah bunyinya.
Orkestra nasional memadupadankan dendang
lawas kebutuhan, keperluan rakyat dengan tembang anyar terbarukan kepentingan
partai.
Pihakan lain. Demi nikmat pantat,
meraih harga sebuah kursi kekuasaan. Pakai pasal jual bangsa. Minimal, menunjukkan
kepada dunia lain betapa moral politik nusantara sarat dengan olok-olok
politik. Peolok-olok politik merasa lebih mulia tinimbang kedua orang tuanya.
Saking mulianya, tangan kanan merasa gengsi untuk berkongsi dengan tangan kiri.
Jangan bilang-bilang kepada pihak manapun. Betapa orang yang keburu nafsu, seolah mendapat pasokan tenaga ekstra, mempunyai nyali di atas rata-rata, memiliki energi berlipat, menggenggam semangat tanpa batas. Jantung berdebar tak normal, tak dirasakan. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar