Halaman

Senin, 17 April 2023

kuota, minimalis, ambang bawah, titik kritis berkedirian

kuota, minimalis, ambang bawah, titik kritis berkedirian 

Nyaris hampir saja dapat ditarik kesimpulan bahwasanya manusia tradisional nusantara memang bukan untuk disaingkan dengan manusia tradisional global. Kendati aspek ‘jual diri’ lewat kontestasi searah promosi-propaganda-provokasi melebihi kecanggihan negara pemproduk TIK. Maknai ‘jual diri’ dengan cakupan cakrawala yang luas.

Wajar jika bentrok fisik, konflik horizontal antar loyalis kesebelasan daerah di stadion, di jalanan, dimana saja mampu memakan korban. Beda dengan tragedi stadion sepakbola Kanjuruhan, Malang sabtu 1 Oktober 2022. Hal-ikhwal substansial, esensial, redaksional maupun faktual, aktual sudah punya kekuatan hukum tetap.

Manusia modern nusantara, lebih doyan menyoal sebab-musabab ajal manusia. Terlepas dari pola kematian covid-19 yang dilaporkan dari negara lain, sedikit yang diketahui tentang profil anggaran jaminan kematian covid-19 di nusantara.

Dalil tanpa sekat waktu dan batas ruang dan jarak, membuat manusia nusantara tulang lunak dan lemah jiwa, sibuk mengamankan diri dari kenyataan hidup.

Faktor pembatas pergerakan, persaingan usaha hidup bersama antar makhluk sosial nusantara. Responsibilitas ybs terhadap perubahan yang sulit ditebak akibat intervensi sistem global. Hukum rimba belantara berlaku. Kuat, banyak, berani malu masih belum cukup. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar