bahasa tulis butuh pengamalan, bahas tutur modal pengalaman
Bahasa menunjukkan bangsa. Di nusantara, bahasa tidak sekedar menunjukkan
asupan gizi. Kondisi tertentu, bahasa mengéksprésikan kadar dan sadar politik.
Jelas beda antara melek politik dengan cerdas ideologi.
Kinerja otak kanan akan menuntut tangan untuk menulis sesuai kaidah moral.
Lambat merenungkan jawaban bukan menunjukkan daya pikir encer. Semakin
berproses di otak kanan, hasil, keluarannya menjadi gado-gado. Bukan dinamis,
bukan diplomatis. Seperti ada yang tidak pas.
Asah keterampilan tangan dengan dialog-diskusi-debat. Kalau ambil peran
sebagai pendengar yang bijak, siap rekam di hati. Jadikan hati ini lapang, sigap
menerima asupan gizi rohani.
Karena dengan mendengar, akan lebih ‘masuk’ dibanding membaca. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar